LAPORAN
PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH
Disusun oleh :
Romadoni
Tricahyani (11405241018)
DAFTAR
ISI
1. Halaman
judul ................................................................................................. 1
2. Daftar
Isi ........................................................................................................... 2
3. Bab
I Pendahuluan ........................................................................................ 3
A. Latar
Belakang .................................................................................... 3
B. Tujuan
.................................................................................................. 3
4. Bab
II Teori Singkat ........................................................................................ 4
A. Geografi
Tanah ................................................................................... 4
B. Morofologi
Tanah ............................................................................... 4
5. Bab
III Prosedur Pengamatan ...................................................................... 13
A. Alat
dan Bahan ................................................................................... 13
B. Cara
Pengamatan .............................................................................. 13
6. Bab
IV Pembahasan ......................................................................................
A. Acara
2 .................................................................................................
a) Sample
1 ..................................................................................
b) Sample
2 ..................................................................................
c) Sample
3 ..................................................................................
B. Acara
3 .................................................................................................
a) Sample
4 ..................................................................................
C. Acara
4 .................................................................................................
a) Sample
5 ..................................................................................
b) Sample
6 ..................................................................................
D. Acara
5 .................................................................................................
a) Sample
7 ..................................................................................
E. Acara
6 .................................................................................................
a) Sample
8 ..................................................................................
F. Acara
7 .................................................................................................
a) Sample
9 ..................................................................................
7. Bab
V Penutup ...............................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Geografi
merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan
sudut pandang keruangan, kewilayahan dalam konteks keruangan. Geografi memiliki
obyek material dan obyek formal dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Geografi
juga memiliki banyak cabang ilmu. Salah satunya adalah geografi tanah. Geografi
tanah memepelajari tentang karakteristik berbagai jenis tanah dan sebaran
berbagai jenis tanah yang ada dimuka bumi.
Tanah
merupakan suatau hal yang wajar di temukan di permukaan bumi. Terdapat tanah
yang subur, tanah yang tandus, tanah berwarna gelap, hingga terdapat tanah yang
berwarna terang. Tanah memiliki banyak jenisnya yang dapat di temukan di
berbagai tempat. Tanah juga merupakan hasil dari pelapukan batuan yang di
dukung oleh iklim, topgrafi, waktu, bahan induk, dan organisme.
Faktor-faktor tersebut
dapat berbeda di setiaptempatnya sehingga menyebabkan erbedaan tanah di setiap
daerah. Agar dapat mengetahui jenis
tanah di setiap daerah maka dapat diadakan
praktikum pengamatan tanah. Pengamatan tersebut dengan cara melihat ciri-ciri
morfologi tanah seperti warna, tekstur, struktur, konsistensi tanah, pH tanah,
kandungan bahan organik, Mn, maupun kapur, serta perakaran yang terdapat pada
tanah. Hal ini akan di jelaskan dalam pembahasan.
B.
TUJUAN
Penyusunan laporan ini
bertujuan agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tantang morfologi tanah,
serta dapat mengklasifikasi jenis dari sample tanah yang tersedia.
BAB II
TEORI SINGKAT
A. Geografi tanah
geografi tanah mempelajari tentang karakteristik dari
berbagai jenis tanah dan sebaran dari berbagai jenis tanah yang ada di muka
bumi. Sebenarnya karakteristik berbagai jenis tanah dipelajari dalam ilmu
tanah. Adapun geografi tanah lebih menekankan pada sebaran dari berbagai jenis
tanah dan mempelajari faktor-faktor penyebab mengapa terjadi perbedaan jenis
tanah antara tempat satu dengan tempat
lainnya.
B.
Morfologi
tanah
Morfologi
tanah dalam mendiskripsikan profil (penampang)tanah dengan tekanan pada bentuk,
susunan dan karakeristik horison-horison tanah. Berikut ini merupakan unsur
yang dapat mencirikan morfologi tanah.
1. Warna
tanah
Warna
merupakan ciri tanah yang paling nyata dan mudah ditentukan. Seseorang dapat
langsung mempertoleh banyak keterangan dari warna tanah, apalagi jika di
hubungkan dengan ciri-ciri yang lain. Jadi warna tanah hampi merupakan ukuran
tak langsung mengenai sifat dan mutu tanah, serta bersifat menggantikan
ciri-ciri penting lainnya yang sukar untuk diteliti. Warna tanah merupakan
pernyataan: (a) jenis dan kadar bahan organik, (b) keadaa drainase dan aerasi
tanah dalam hubungan dengan hidratasi, oxidasi dan proses pelindian, (c)
tingkat perkembangan tanah, (d) kadar air tanah termasuk pula dalamnya
permukaan air tanah, dan atau (e) adanya bahan-bahan tertentu.
Hampir
tiap profil tanah terdiri atas horison-horison yang memiliki warna berlainan,
warna tiap horison harus diamati. Satu horison mungkin berwarna seragam, tetapi
mungkin pula tercampur warna lain berupa reduksi yang mempunyai warna lebih ke
arah biru, atau dalam benttuk bintik, becak (mottling).
Becak ini merupakan akumulasi senyawa-senyawa besi, Al atau Mn yang makin besar
akumulasinya makin terkumpul membentuk konkresi. Mengenai becak-becak ini
selain warnanya perlu pula diamati jelas, jumlah dan besarnya.
Jelas
tidaknya becak-becak dibedakan atas:
-k-
Kabur (faint): perbedaan warna dasar (matrix) dan becak (mottling) tidak jelas.
-j-
jelas ( distinct): tampak jelas perbedaan antara dasar dan becak
-t-
tegas (prominent) : becak merupakan ciri yang tegas
Jumlahnya
(abudance) dibedakan atas :
-c-
cukup (common): antara 2% - 20%
-b-
banyak (many): lebih dari 20% luas permukaan horison profil
Besarnya
(size) becak-becak dibedakan atas:
-h-
halus (fine): diameter becak-becak kurang dari 5 mm
-s-
sedang (medium): diameternya antara 5-15 mm
-k-
kasar ( coarse): diameternya lebih dari 15 mm.
Warna
reduksi dan warna becak-becak menunjukan drainase terhambat atau buruk.
Untuk
menentukan warna tanah diperlukan suatu patokan warna sebagai pembanding. Yang
banyak digunakan adalah Munsell Color Chart yang meliputi kira-kira 1/5-nya
seluruh warna yang ada. Munsell Color Chart terdiri atas kartu-kartu yang
berbeda warna spectrum-nya dominan yang diberi istilah Hue, dengan simbol angka
dan huruf besar pertama dari warna misalnya Y untul Yellow, R untuk Red yang di
terangkan di sudut kanan atas pada setiap kartu. Penentuan warna pada munsell
Soil Color Chart terdiri atas 9 kartu
dengan hue antara kuning (Yellow) dan merah (Red) berturut-turut mulai dari 5
Y, 2.5 Y, 10 RY, 7,5 RY, 5 RY, 2,5 RY, 10 R, 7,5 R dan 5R.
Secara
kualitatif warna tanah pada umumnya dapat dibedakan atas:
1.
Hitam:
untuk semua hue yang ber-value/chroma antara N2/ sampai dengan 2/1;
2.
Kelabu:
untuk (a) semua hue yang ber-value/chroma antara 3/1 – 7/1, (b) hue dari warna
gley sampai dengan 5 YR terutama pada 5Y dan 2,5 Y dengan value/chroma 3/2 –
7/2, (c) hue dari warna gley, 2,5 Y, 7,5 YR, 5 YR dengan value/chroma antara N
3/ - N7/:
3.
Kuning:
hue gley sampai dengan 5 YR terutama pada 5 Y dan 2,5 Y dengan value/chroma
antara 7/3 – 8/4 dan 6/6 – 8/8
4.
Coklat:
hue 2,5 Y sampai dengan 5 YR terutama 10 YR dan 7,5 YR dengan value/chroma
antara 3/3 – 6/4 dan 5/6 – 6/8
5.
Merah:
hue 2,5 YR sampai dengan 10 R dengan value/chroma antara 3/2 - 6/4 dan 3/6 – 6/8
2. Tekstur
tanah
Tekstur
taah adalah erbndingan relatif tiga golongan besar partikel tanah dalam suatu
massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung (clay), debu
(silt) dan pasir (sand). Butir tunggal tanah diberi istilah partikel tanah, dan
golongan partikel tanah diberi istilah fraksi tanah.
Batas
fraksi tanah
Sistem USDA
|
Sistem Atterberg
|
||
Pasir sangat kasar
Pasir kasar
Pasir biasa
Pasir halus
Pasir sangat halus
Debu
Lempung/ liat (clay)
|
2,0 – 1,0
1,0 -0,5
0,5 – 0,25
0,25 – 0,10
0,10 – 0,05
0,05 – 0,002
Kurang dari 0,002
|
Pasir kasar
Pasir medium
Pasir halus
Debu kasar
Debu medium
Debu halus
Lempung/liat kasar
Lempung/liat medium
Lempung/liat halus
|
2,0 – 0,63
0,63 – 0,20
0,20 – 0,063
0,063 – 0,020
0,020 – 0,0063
0,0063 – 0,0002
0,0002 – 0,00063
0,0063 – 0,0002
Kurang dari 0,0002
|
Tabel
2.1 Batas Fraksi tanah
Dari
penggolongan tersebut yang terpenting adalah:
·
Fraksi pasir (sand) : diameternya antara 2 mm dan 0,05 mm (50µ)
·
Fraksi
debu (silt) : diameternya antara 50 µ dan 2 µ
·
Fraksi
lempung (clay) : diameternya lebih dari 2 µ
Penggolongan tekstur tanah didasarkan
aas perbandingan kendungan lempung, debu dan pasir penyusun tanah. Nama klas
tekstur tanah pada umumnya diambil dari fraksi yang sebagian besar dikandung
massa tanah tersebut jika campuran partikel lain dapat diabaikan karena
sedikitnya, sehinga dikenal klas-klas tekstur tanah
·
Tanah
pasir kasar (coarse sand)
·
Tanah
pasir (sand)
·
Tanah
pasir sangat halus (very fine sand)
·
Tanah
debu (silt)
·
Tanah
lempung (clay)
·
Tanah
lempung berat (heavy clay)
Jika tercampur sedikit fraksi lain
maka nama-nama klas tekstur tanahnya menjadi:
·
Tanah
lempung pasiran (sandy clay)
·
Tanah
lempung debuah (silt clay)
Selain itu juga terdapat istilah geluh
(loam) untuk menunjukan massa perbandingan tanah yang terdiri atas ketiga
fraksi dalam perbandingan sekitar sama besar, jika salah satu agak lebih banyak
maka dikenal nama-nama tekstur tanah sebagai berikut:
·
Tanah
geluh (loam)
·
Tanah
pasir geluhan (loamy sandy)
·
Tanah
geluh pasiran (sandy loam)
·
Tanah
geluh debuan (silt loam)
·
Tanah
geluh lempungan (clay loam)
·
Tanah geluh lempung
pasiran (sandy clay loam)
·
Tanah
geluh lempung debuan (silty clay loam)
Tekstur tanah di lapangan dapat
dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari
jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa
keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
1.
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat,
dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Pasir.
2.
Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat,
dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Pasir
Berlempung.
3.
Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat
dibuat bola tetapi mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung
Berpasir.
4.
Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat,
dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan
permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.
5.
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola
agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Lempung Berdebu.
6.
Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk
bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Debu.
7.
Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk
bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah
tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat.
8.
Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar,
agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah
hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir.
9.
Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan
dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan
mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu.
10.
Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar,
melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah
tersebut tergolong bertekstur Liat Berpasir.
11.
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat,
dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Liat Berdebu.
12. Apabila
terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan
mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat.
Tekstur
tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konsistensi dan struktur
tanah, sehingga tanah pasir selalu lepas-lepas dan berbutir tunggal, sdangkan
tanah lempung selalu sangat teguh dan selalu mampat. Tekstur tanah turut
menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan
kemampuan pengikatan air oleh tanah. Oleh karena itu tekstur tanah perlu
dipertimbangkan dalam menentukan cara pengolahan (penggarapan) tanah (soil
cultivation).
Tekstur
tanah merupakan satu-satunya sifat fisik tanah yang tetap dan tidak mudah
diubah oleh tangan manusia jika tidak ditambah dari tempat lain. Erosi dapat
menyebabkan berubahnya tekstur karena terkikisnya tanah yang terkikis dari
tempat lain yang lebih tinggi.
3.
Struktur tanah
Struktur tanah didefinisikan sebagai
susunan saling mengikat partikel-partikel tanah. Ikatan partikel tanah itu
berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya.
Struktur tanah sangat mempengaruhi
sifat keadaan tanah, antara lain gerakan tanah, lalu lintas panas, aerasi. Oleh
karena itu tata air, panafsiran akar tanaman dan penetrasi akar banyak di
tentukan oleh struktur tanah. Petani menggarap tanah dengan cara membajak,
mencangkul, dan memupuk bahan organik bertujuan pula untuk merubah struktur
tanah ke arah bentuk, besar ketahanan yang dikehendaki.
Struktur
tanah dikelompokkan dalam 6 bentuk. Keenam bentuk tersebut adalah:
1.
Granular, yaitu
struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous, struktur ini terdapat
pada horizon A.
2.
Gumpal (blocky),
yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membulat dan gumpal bersudut,
bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat untuk gumpal membulat
dan bersudut tajam untuk gumpal bersudut, dengan sumbu horizontal setara dengan
sumbu vertikal, struktur ini terdapat pada horizon B pada tanah iklim basah.
3.
Prisma (prismatic),
yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu
horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat pada horizon B
pada tanah iklim kering.
4.
Tiang (columnar),
yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu
horizontal dengan bagian atasnya membulat, struktur ini terdapat pada horizon B
pada tanah iklim kering.
5.
Lempeng (platy),
yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil daripada sumbu
horizontal, struktur ini ditemukan di horizon A2 atau pada lapisan padas liat.
6.
Remah (single grain),
yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat porous, struktur ini terdapat
pada horizon A.
4. Konsistensi
Konsistensi
anah adalah derajat dan adhesi di antara partikel-partikel tanah dan ketahanan
(resistensi) massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai
kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.konsistensi di tentukan oleh struktur
dan tekstur tanah.
Cara
menentukan konsistensi tanah di lapangan ialah dengan cara memijit tanah, dalam
berbagai keadaan kandungan air seperti basah, lembab atau kering. Dipijit
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Pada tanah basah massa tanah dipijit
lalu diamati plastisitas (apakah massa tanah cukup liat untuk dibuat
bentuk-bentuk tertentu tanapa retak-retak atau pecah) atau apakah tanah melekat
pada jari-jari kita, sehingga memisahkan ibu jar dan jari telunjuk mudah atau
sukar. Pada tanah lemaba di tentukan dengan cara meremukan massa tanah
menggunakan telapak tangan, apakah tanah gembur, ataukah artikel tanah cukup
saling melakat dalam gumpalan tehuh. Penentuan tanah kering dilakukan dengan
cara memecahkan atau meremukan gumpalan tanah kering (lunak atau keras)
Dengan
demikian tanah di golongkan atas konsistensi-konsistensi seperti berikut:
·
Tanah basah (berdasarkan kelekatan):
0 =
tak lekat, tidak melekat pada jari tangan atau benda lain
1 =
agak lekat, sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas lagi
2 =
lekat, ada adhesi tanah pada jari dan jika dipijit memapar
3 = sangat
lekat, adhesi tanah menempelkan ibu jari dan telunjuk yang sukar dilepaskan
·
Tanah basah (berdasarkan plastisitas)
0 =
tak liat, tak dapat membentuk gilingan-gilingan kecil
1 =
agak liat, dapat membentuk gilingan-gilingan kecil yang dapat diubah bentuknya
2 =
liat, dapat membentuk gilingan-gilingan kecil dan bentuk tertentu yang dapat
diubah bentuknya dengan ditekan
3 =
sangat liat, dapat membentuk gilingan kecil dan hanya dapat diubah bentuknya
dengan pijitan kuat
·
Tanah lembab:
0 =
lepas, tidak ada adhesi butir-butir tanah
1 =
sangat gembur, dipijit mudah hancur
2 =
gembur, hancur apabila dipijitkuat
3 =
teguh, dipijit sukar hancur
4 =
sangat teguh, ditekan kuat yang menyakitkan baru hancur
5 =
luar biasa teguh, pijatan yang sangat kuat baru menghancurkan
·
Tanah kering:
0 =
lepas, tidak ada kohesi
1 =
lunak, kohesi lemah sehingga ditekan sedikit sudah hancur
2 =
agak keras, sedikit tahan terhadap pijatan tangan
3 =
keras, baru pecah terhadap tekanan kuat
4 =
sangat keras, tak dapat dipecahkan dengan jari
5 =
luar biasa keras, hanya dapat dipecahkan dengan palu atau benda keras
5. PH
Tanah
Penentuan pH tanah dalam klasifikasi
dan pemetaan tanah diperlukan selain utuk menaksirkan lanjut tidaknya
perkembangan tanah juga diperlukan dalam penggunaan tanahnya, terutama untuk
pertanian. Pada umunya tanah yang telah berkembang lanjut dalam daerah basah
mempunyai pH rendah, semakian lanjut umurnya maka tanah akan semakian asam.
Sebaliknya tanah didaerah beriklim kering penguapan menyebabkan tertimbunnya
unsur-unsur basa di permukaan tanah karena besarnya evaporasi, maka pH tanah
akan semakin tinggi. pH tanah hanya merupakanukuran intensitas keasaman tanah,
bukan kapasitas jumlah unsur hara.
Biasanya nilai pH lebih besar dari 7
menunjukan adanya karbonat-karbonat Ca dan atau Mg yang bebas. Tanah yang
mempunyai nilai pH dlebih tinggi dari 8,5 hampir selalu mengandung sejumlah Na
yang dapat di tukarkan.
pH dikatakan asam jika kurang dari 7 dan
dikatakan basa jika lebih dari 7. Kebanyakan tanah di Indonesia bersifat asam
karena curah hujan di Indonesia tinggi sehingga proses pencucian garam-garaman
intensif. Untuk mengetahui pH tanah dapat digunakan pH meter dan kertas lakmus
(stik lakmus).
6. Perakaran
Pengamatan akar-akar tanaman dalam
huungannya dengan morfologi tanah digunakan sebagai dasar peramalan cocok
tidaknya jenis tanaman terhadap jenis tanah dan dalanya akar tanaman terhadap
jenis tanah dan dalamnya akar tanaman dapat menembus tanah.
Dalam pengamatan ini peakaran
dibedakan berdasarkan banyaknya dan juga besarnya akar. Berdasarkan banyaknya
dibedakan atas :
·
Banyak
sekali (hampirseluruh horison dipenuhi dengan akar)
·
Banyak
(banyaknya akar lebih dari sepertiga luas horison)
·
Sedang
( akar menjalar disana-sini dan masih tampak nyata)
·
Sedikit
( hanya ada sedikit akar di horison tanah )
·
Tanpa
( tidak ada akar)
Berdasarkan besarnya
dibedakan atas
·
Besar
(biasanya akar tunggang pohon berkayu)
·
Sedang
(akar-akar pohon lainnya)
·
Kecil
(akar serabut. Atau akar rumput-rumputan)
7. Kandungan kapur
Kandungan
kapur sangat berhubungan dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah. Tanah
yang memiliki kandungan kapur yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga
memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, bisa juga suatu kapur itu menjadi racun
karena kapur akan menyerap unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara
tersebut dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Kadar kapur tertinggi sampai
terendah adalah tanah alfisol, entisol, vertisol, rendzina, dan ultisol.
Kandungan
kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur dari lapisan
atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya
proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada
lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh
batuan induk yang ada disuatu lokasi.
8. Kandungan Mn
Berbagai
bentuk mangan dapat dijumpai di dalam tanah, namun paling banyak diserap adalah
ion mangan. Mangan terlibat dalam proses katalitik pada tumbuhan, sebagai
aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen dan
fotosintesis.
Peran
mangan dalam fotosintesis adalah dalam urutan reaksi yang berkaitan dengan
pelepasan elektron dari air dalam pemecahannya menjadi hidrogen dan oksigen.
9. Kandungan Bahan Organik
Dalam suatu
tanah, kadar bahan organik diwujudkan dengan warna kelam dan dalamnya
penyebaran bahan organik sangat tergantung pada jenis vegetasi yang tumbuh
diatasnya. Semakin banyak kandungan bahan organiknya maka tanah akan menjadi
lebih gelap. Sebaliknya jika dalam suatu tanah kandungan bahan organiknya tidak
terlalu banyak maka tanah akan terlihat lebih cerah. Kandungan bahan organik
sendiri sangat bermanfaat bagi perkembangan tanah.
BAB
III
PROSEDUR
PENGAMATAN
A.
Alat
dan bahan yang digunakan
1.
Sampel
tanah
2.
Kertas
HVS
3.
Munsell
soil color chart
4.
Ayakan
tanah
5.
Oven
tanah
6.
Air
atau aquades
7.
Box
lakmus dan stick lakmus
8.
Tabung
reaksi
9.
H2O2
10%
10.
H2O2
0,3%
11.
HCL
10%
12.
Pipet
13.
Buku
catatan
B.
Cara
pengamatan
1. Warna tanah
·
Ambil
sampel tanah
·
Amati
warna sesuai dengan penglihatan
·
Letakan
sample tanah pada warna yang paling mendekati mendekati (paling mirip) di buku
munsell soil color chart
·
Tulis
hasil pengamatan pada buku catatan.
2. Tekstur tanah
·
Ambil
sampel tanah
·
Beri
atau campur dengan sedikit air
·
Sampel
tersebut di pilin dengan menggunakan telunjuk dan ibu jari
·
Kemudian
rasakan kekerasan tanah tersebut
3. Struktur tanah
·
Ambil
sampel tanah
·
Perhatikan
bentuk susunan dari sampel tanah tersebut
·
Tentukan
bentuk dan susunan dari sampel tanah tersebut
sesuai dengan penglihatan pengamat.
·
Kemudian
tinggal catat struktur tanag pada lembar pengamatan.
4. Konsistensi tanah
·
Ambil
sampel tanah
·
Beri
ata campur dengan sedikit air
·
Pilin
sampel tanah tersebut untuk mengetahui tingkat kelekatan tanah
·
Catat
dalam lembar pengamatan
·
Bentuk
tanah menjadi gilingan
·
Tentukan
tingkat kelekatan dari sampel tanah tersebut
·
Catat
hasil pegamatan
5. pH tanah
·
ambil
sampel tanah
·
masukan
dalam tabung reaksi
·
beri
air hingga ketinggian dua 2kali ketinggian tanah
·
kocok
tabung hingga tanah larut dalam air
·
celupkan
stik lakmus dalam tabung reaksi
·
bandingkan
stik lakmus dengan box lakmus
·
catat
hasil pengamatan
6. bahan organik
·
ambil
sampel tanah
·
tetesi
dengan H2O2 10 %
·
amati
banyak sedikitnya buih pada sampel yang ditetesi
·
catat
hasil pengamatan
7. perakaran
·
ambil
sampel anah
·
amati
banyak sedikitnya akar pada sampel tanah
·
catat
hasil pengamatan
8. kandungan Mn
·
ambil
sampel tanah
·
tetesi
dengan H2O2 3%
·
amati
banyak sedikitnya buih pada sampel tanah tersebut
·
catat
hasil pengamatan
9. kandungan kapur
·
ambil
sampel tanah
·
tetesi
dengan HCl 10%
·
amati
banyak sedikitnya buih pada sampel tanah tersebut
·
catat
hasil pengamatan
BAB
IV
PEMBAHASAN
Acara : 2
Sampel : 1
No
|
Pengamatan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Lokasi pengambilan sampel
|
Imogiri,
lereng atas Baturagung
|
2.
|
Bahan induk
|
Batuan
Vulkanik tua formasi nglanggran
|
3.
|
Keterangan tambahan
|
a. Tanah belum mengalami perkembangan
b. Sifat tanah menyerupai batuan induk
c. Solum tanahnya tipis
|
4.
|
Warna
|
Coklat
kekuningan
Warna
pada tanah ini mengandung oksidbesi yang telah tercampur dengan bahan organik
dan terletak di drainase yang buruk
|
5.
|
Tekstur
|
Pasir
berlempung
Rasa
kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi
mudah sekali hancur, maka tanah ini tergolong pasir berlempung.
|
6.
|
Struktur
|
Granular
membulat
atau banyak sisi masing-masing butir struktur tidak porus
|
7.
|
Konsistensi
|
·
Dalam
kondisi basah
- Kelekatan : 1 ( agak lekat, sedikit
adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas)
- Keliatan : 1 (agak liat. Dapat
membentuk gilingan-gilingan kecil yang dapat diubah bentuknya)
·
Dalam
kondisi lembab : 0 (lepas, tidak ada adhesi butir-butir tanah)
·
Dalam
kondisi kering : -
|
8.
|
pH
|
5
(pH 5 menunjukan tanah asam)
|
9.
|
Bahan organik
|
Sedang
Tidak
terdapat buih namun tidak banyak saat ditetesi H2O2 10%
|
10.
|
Perakaran
|
Sedikit
Akar
menjalar tidak merata
|
11.
|
Kandungan Mn
|
Tidak
ada
Tidak
terdapat buih saat ditetesi H2O2 3%
|
12.
|
Kandungan kapur
|
Tidak
ada
Tidak
terdapat buih saat ditetesi HCl 10%
|
Kesimpulan
Sampel tanah tersebut merupaka tanah
jenis tanah litosol
Acara : 2
Sampel : 2
No
|
Pengamatan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Lokasi pengambilan sampel
|
Imogiri
lereng bawah perbukitan baturaung
|
2.
|
Bahan induk
|
Bauan
vulkanik tua formasi nglanggran
|
3.
|
Keterangan tambahan
|
a. Tanah sudah mengalami perkembangan
b. Solum tanah tebal
|
4.
|
Warna
|
Merah
kecoklatan
Menunjukan
tanah telah lanjut perkembangannya atau relatif mengalami perkembangan yang
intensif. Temperatur mempertinggi intensitas pembentukan tanah. Warna merah
menunjukan drainase baik. Sedang kecoklatan karena tercampur dengan bahan
organik.
|
5.
|
Tekstur
|
Lempung
Tidak
terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat membentuk bola agak teguh,
dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
|
6.
|
Struktur
|
Gumpal
membulat
Sumbu
vertikal sama dengan sumbu horisontal, sisi-sisi membentuk sudut membulat
|
7.
|
Konsistensi
|
·
Dalam
kondisi basah
- Kelekatan : 2 (lekat, ada adhesi
tanah pada jari dan jika dipijir memapar)
- Keliatan : 2 (liat, dapat membentuk
gilingan-gilingan kecil dan bentuk tertentu yang dapat diubah bentuknya
dengan ditekan.)
·
Dalam
kondisi lembab : 2 (gembur, hancur apabila dipijit kuat)
·
Dalam
kondisi kering:-
|
8.
|
pH
|
4
pH
4 menunjukan sampel bersifat tanah asam
|
9.
|
Bahan organik
|
Sedang
Tidak
terdapat buih namun tidak banyak saat ditetesi H2O2 10%
|
10.
|
Perakaran
|
Terdapat
akar
|
11.
|
Kandungan Mn
|
Tidak
ada
Tidak
terdapat buih saat ditetesi H2O2 3%
|
12.
|
Kandungan kapur
|
Tidak
ada
Tidak
terdapat buih saat ditetesi HCl 10%
|
Kesimpulan
Sampel tanah trsebut merupakan jenis
tanah latosol
Acara : 2
Sampel : 3
No
|
Pengamatan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Lokasi pengambilan sampel
|
Imogiri
daratan
|
2.
|
Bahan induk
|
Aluvium
|
3.
|
Keterangan tambahan
|
a. Tanah belum mengalami perkembangan
b. Solum tipis
|
4.
|
Warna
|
Coklat
tua
warna
coklat berarti banyak mengandung oksidbesi yang tercampur bahan organik. Tanah belum mengalami perkembangan. tanah berwarna gelap karena
mengandung lengas.
|
5.
|
Tekstur
|
Pasir
Rasa
kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, tidak dapat dibentuk bola dan
gulungan.
|
6.
|
Struktur
|
Remah
Membulat
atau banyak sisi-sisi masing-masing butir struktur tidak porus
|
7.
|
Konsistensi
|
·
Dalam
kondisi basah
- Kelekatan : 1 (agak lekat, sedikit
adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas lagi)
- Keliatan : 0 (tidak liat, tidak
dapat membentuk gilingan-gilingan kecil)
·
Dalam
kondisi lembab : 3 (teguh, dipijit sukar hancur)
·
Dalam
kondisi kering : -
|
8.
|
pH
|
6
Menunjukan
tanah bersifat asam
|
9.
|
Bahan organik
|
Sedang
Tidak
terdapat buih namun tidak banyak saat ditetesi H2O2 10%
|
10.
|
Perakaran
|
Terdapat
akar
|
11.
|
Kandungan Mn
|
Tidak
ada
Tidak
terdapat buih saat ditetesi H2O2 3%
|
12.
|
Kandungan kapur
|
Tidak
ada
Tidak
terdapat buih saat ditetesi HCl
|
Kesimpulan
Sampel tanah tersebut merupakan jenis
tanah aluvial
Acara : 3
Sampel : 4
No
|
Pengamatan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Lokasi pengambilan sampel
|
Karang
malang
|
2.
|
Bahan induk
|
Endapan
gunungberapi merapi muda
|
3.
|
Keterangan tambahan
|
a. Tanah belum mengalami perkembangan
b. Solum tanah tebal
|
4.
|
Warna
|
Hitam
kecoklatan
Warna
kelam menunjukan tanah banyak mengandung lengas.
|
5.
|
Tekstur
|
Loamy
sand
|
6.
|
Struktur
|
Granular
Membulat
atau banyak sisi masing-masing butir stuktur tidak porus
|
7.
|
Konsistensi
|
·
Dalam
kondisi basah
- Kelekatan : 1 (agak lekat, sedikit
adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas lagi)
- Keliatan : 0 (tidak liat, tidak
dapat membentuk gilingan-gilingan kecil)
·
Dalam
kondisi lembab : 0 (lepas, tidak ada adhesi butir-butir tanah)
·
Dalam
kondisi kering : -
|
8.
|
pH
|
5
pH
5 menunjukan sample tanah bersifat asam
|
9.
|
Bahan organik
|
Tidak
ada
Tidak
terdapat buih saat ditetesi H2O2 10%
|
10.
|
Perakaran
|
Banyak
Sepertiga
dari sample tanah merupakan akar
|
11.
|
Kandungan Mn
|
Tidak
ada
Tidak
terdapat buih saat ditetesi H2O2 3%
|
12.
|
Kandungan kapur
|
Tidak
ada
Tidak
terdapat buih saat ditetesi HCl
|
Kesimpulan
Sample tanah tersebut merupaka jenis
tanah Regosol
Acara : 4
Sampel : 5
No
|
Pengamatan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Lokasi pengambilan sampel
|
Ponjong,
Gunung kidul. Lereng bukit karst
|
2.
|
Bahan induk
|
Batu
gamping
|
3.
|
Keterangan tambahan
|
a. Tanah sedang atau mengalami
perkembangan
b. Solum tanah tipis
|
4.
|
Warna
|
Coklat
kemerahan
Tanah
mengandung oksidbesi yang sedikit tercampur dengan bahan organik.
|
5.
|
Tekstur
|
Lempung
bergeluh
Tanah
bertekstur halus yang dapat pecah menjadi gumpalan-gumpalan keras yang
kering, dalam keadaan basah pijatan membentuk batang-batang tipis yang sukar
pecah dan liat.
|
6.
|
Struktur
|
Remah
Membulat
atau banyak sisi, sangat porus
|
7.
|
Konsistensi
|
·
Dalam
kondisi basah
- Kelekatan : 2 (lekat, ada adhesi
tanah pada jari yang mudah dilepas lagi)
- Keliatan : 2 (liat, dapat membentuk
gilingan-gilingan kecil da bentuk tertentu yang dapat diubah bentuknya dngan
ditekan)
·
Dalam
kondisi lembab : 3 (teguh, dipijit sukar hancur)
·
Dalam
kondisi kering : 3 (keras, baru pecah terhadap tekanan kuat)
|
8.
|
pH
|
5
Ph
5 menunjukan tanah bersifat asam
|
9.
|
Bahan organik
|
Sedikit
Terdapat
sedikit buih saat ditetesi H2O2 10%
|
10.
|
Perakaran
|
Banyak
Sepertiga
dari sampel tanah adalah akar
|
11.
|
Kandungan Mn
|
Banyak
Terdapat
banyak buih sat ditetesi H2O2 3%
|
12.
|
Kandungan kapur
|
Sedikit
Terdapat
sedikit buih saat ditetesi HCl
|
Kesimpulan
Sample tanah tersebut merupakan jenis
tanah Mediteran
Acara : 4
Sampel : 6
No
|
Pengamatan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Lokasi pengambilan sampel
|
Ponjong,
Gunung kidul lembah
|
2.
|
Bahan induk
|
Batu
gamping
|
3.
|
Keterangan tambahan
|
a. Tanah sedang atau sedang mengalami
perkembangan
b. Solum tanah tipis
c. Dalam kondisi basah bersifat sangat
gembur
|
4.
|
Warna
|
Hitam
kecoklatan
Warna
gelap pada tanah disebabkan karena banyak mengandung bahan organik
|
5.
|
Tekstur
|
Lempung
bergeluh
Tanah
bertekstur halus yang dapat pecah menjadi gumpalan-gumpalan keras yang
kering, dalam keadaan basah pijatan membentuk batang-batang tipis yang sukar
pecah dan liat.
|
6.
|
Struktur
|
Gumpal
membulat
Sumbu
vertikal sama ddengan sumbu horisontal, sisi-sisi membentuk sudut tajam
|
7.
|
Konsistensi
|
·
Dalam
kondisi basah
- Kelekatan : 3 (sangat lekat, adhesi
tanah menmpelkan ibu jari dan telunjuk yang sukar dilepaskan)
- Keliatan : 3 (sangat liat, dapat
membentuk gilingan kecil dan hanya dapat diubah bentukny dengan pijitan kuat)
·
Dalam
kondisi lembab : 3 (teguh, dipijit sukar hancur)
·
Dalam
kondisi kering : 3 (keras, baru pecah terhadap tekanan kuat)
|
8.
|
pH
|
6
pH
6 menunjukan sample tanah bersifat asam
|
9.
|
Bahan organik
|
Banyak
Terdapat
banyak buih saat ditetesi H2O2 10%
|
10.
|
Perakaran
|
Banyak
Sepertiga
horison tanah terdapat akar
|
11.
|
Kandungan Mn
|
Banyak
Terdapat
banyak buih saat di tetesi H2O2 3%
|
12.
|
Kandungan kapur
|
Banyak
Terdapat
banyak buih saat ditetesi HCl
|
Kesimpulan
Sample tanah tersebut merupakan jenis
tanah Rendzina
Acara : 5
Sampel : 7
No
|
Pengamatan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Lokasi pengambilan sampel
|
Samigaluh,
kulon progo
|
2.
|
Bahan induk
|
Vulkanik
tua (ada kemungkinan campur batu gamping)
|
3.
|
Keterangan tambahan
|
a. Tanah sudah berkembang lanjut
b. Mempunyai lempung yang bisa
berkembang dan mengkerut
c. Solum tebal
|
4.
|
Warna
|
Hitam
kecoklatan
Warna
kelam menunjukan tanah sudah mengalami perkembangan.
|
5.
|
Tekstur
|
Lempung
bergeluh
Tanah
bertekstur halus yang dapat pecah menjadi gumpalan-gumpalan keras yang
kering, dalam keadaan basah pijatan membentuk batang-batang tipis yang sukar
pecah dan liat.
|
6.
|
Struktur
|
Gumpal
membulat
Sumbu
vertikal sama dengan sumbu horizontal, sisi-sisi membentuk sudut membulat.
|
7.
|
Konsistensi
|
·
Dalam
kondisi basah
- Kelekatan : 2 (lekat, ada adhesi
tanah pada jari dipijit memapar)
- Keliatan : 2 (liat, dapat membentuk
gilingan-gilingan kecil dan bentuk tertentu yang dapat diubah bentuknya
dengan ditekan)
·
Dalam
kondisi lembab : 2 (gembur, hancur apabila dipijit kuat)
·
Dalam
kondisi kering : 3 (keras, baru pecah terhadap tekanan kuat)
|
8.
|
pH
|
5
pH
5 menunjukan tanah bersifat asam
|
9.
|
Bahan organik
|
Sedikit
Terdapat
sedikit buih saat ditetesi H2O2 10%
|
10.
|
Perakaran
|
Sedikit
Ada
akar namun tidak merata
|
11.
|
Kandungan Mn
|
Sedikit
Hanya
terdapat sedikit buih saat di tetesi H2O2 3%
|
12.
|
Kandungan kapur
|
Sedikit
Hanya
terdapat sedikit buih saat di tetesi
HCl 10%
|
Kesimpulan
Sample tanah tersebut merupakan jenis
tanah Latosol
Acara : 6
Sampel : 8
No
|
Pengamatan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Lokasi pengambilan sampel
|
Godean
|
2.
|
Bahan induk
|
Endapan
gunungberapi merapi muda
|
3.
|
Keterangan tambahan
|
a. Solum tebal
b. Tanah sedang mengalami perkembanga
c. Perkembangan lanjut dari regosol
|
4.
|
Warna
|
Hitam
keabu-abuan
Tanah
sudah mengalami perkembangan. Tanah mengandung banyak bahan organik.
|
5.
|
Tekstur
|
Lempung
berpasir
Terasa
rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bole tetapi mudah
hancur.
|
6.
|
Struktur
|
Gumpal
membulat
Sumbu
vertikal sama dengan sumbu horisontal, sisi-sisi membentuk sudut membulat.
|
7.
|
Konsistensi
|
·
Dalam
kondisi basah
- Kelekatan : 2 (lekat, ada adhesi
tanah pada jari dan jika dipijit memapar)
- Keliatan : 3 (sangat liat, dapat membentuk gilingan kecil dan hanya dapat
diubah bentuknya dengan pijatan kuat)
·
Dalam
kondisi lembab : 2 (gembur, hancur apabila dipijat kuat)
·
Dalam
kondisi kering : 3 (keras, baru pecah terhadap tekanan kuat)
|
8.
|
pH
|
6
Ph
6 menunjukan tanah bersifat asam
|
9.
|
Bahan organik
|
Sangat
banyak
Terdapat
sangat banyak buih saat di tetesi H2O2 10%
|
10.
|
Perakaran
|
Banyak
Sepertiga
horison tanah ditumbuhi akar
|
11.
|
Kandungan Mn
|
Tidak
ada
Tidak
terdapat buih saat di tetesi H2O2 3%
|
12.
|
Kandungan kapur
|
Sedikit
Terdpat
sedikit buih saat ditetesi HCl 10%
|
Kesimpulan
Sample tanah tersebt merupakan jenis
tanah Grumosol
Acara : 7
Sampel : 9
No
|
Pengamatan
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Lokasi pengambilan sampel
|
Taman
mlanding UNY
|
2.
|
Bahan induk
|
Endapan
vulkanik gunung merapi muda
|
3.
|
Keterangan tambahan
|
a. Solum tanah tebal
b. Tanah belum mengalami perkembangan
|
4.
|
Warna
|
Coklat
kehitaman
|
5.
|
Tekstur
|
Sandy
loam
Tanah
mengandung cukup pasir melekat karena adanya debu dan lempung, sedang
pasirnya dapat dilihat dan dirasakan dipijat, kering membentuk gumpalan yang
mudah pecah lagi, basah menggumpal sangat liat.
|
6.
|
Struktur
|
Granular
Membulat
atau banya sisi masing-masing butir struktur tidak porus.
|
7.
|
Konsistensi
|
·
Dalam
kondisi basah
- Kelekatan : 1 (agak lekat, sedikit
adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas)
- Keliatan : 0 (tidak liat, tak dapat
membentuk gilingan-gilingan kecil)
·
Dalam
kondisi lembab : 1 (sangat gembur, dipijit mudah hancur)
·
Dalam
kondisi kering : -
|
8.
|
pH
|
5
pH
5 menunjukan tanah bersifat asam
|
9.
|
Bahan organik
|
Sedikit
Hanya
terdapat sedikit buih saat ditetesi H2O2 10%
|
10.
|
Perakaran
|
Banyak
Sepertiga
horison tanah ditumbuhi akar
|
11.
|
Kandungan Mn
|
Tidak
ada
Tidak
terdapat buih saat di tetesi H2O2 3%
|
12.
|
Kandungan kapur
|
Tidak
ada
Tidak
terdapat buih saat ditetesi HCl 10%
|
Kesimpulan
Sample tanah tersebut merupakan jenis
tanah regosol
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
PRAKTIKUM
1.
Berdasarkan
hasil pengamatan dan anilisi data acara 2 sampel 1 menujukan sampel tanah
merupakan tanah litosol. Persamaan
nama dalam USDA adalah Entisols.
Tanah ini merupakan tanah yang paling muda, sehingga bahan induknya sering kali
dangkal (kurang dari 45 cm). Profil tanah belum memperlihatkan horison-horison
dengn sifat-sifat dan ciri-ciri morfologi yang masih menyerupai sifat dan ciri
batuan induknya. Tanah ini belum lama mengalami perkembangan tanah, akibatnya
pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan, atau tpografi terlalu miring atau
bergelombang. Tanah ini harus diusahakan agar dipercepat pertumbuhan tanahnya.
Antara lain dengan penghutanan atau tindakan lain yang dapat mempercepat proses
pelapukan.
2.
Berdasarkan
hasil pengamatan dan analisis data acara 2 sampel ke-2 menunjukan sample tanah merupakan tanah jenis latosol. Persamaan nama dalam USDA
adalah ultisol. Latosol meliputi
tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan intensif dan merupakan perkembangan
tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik dan silika,
dengan meninggalkan sesquioxid sebagai sisa berwarna merah. Ciri morfologi
umumnya ialah tekstur lempung sampai geluh, struktur remah sampai gumpal lemah
dan konsistensi gembur. Warna tanah sekitar merah tergantung susunan mineralogi.
Di indonesia, tanah latosol umumnya berasal dari batuan induk vulkanik, baik
tuff maupun batuan beku, terdapat mulai dari tepi pantai sampai setinggi 900
mdpl, dengan topografi miring bergelombang, vulkanic fan sampai pegunungan
dengan iklim basah tropika curah hujan berkisar antara 2500-7000 mm.
3.
Pada
acara kedua sampel ke tiga menunjukan bahwa sampel tanah merupakan tanah jenis aluvial. Kesamaan nama dalam USDA
adalah entisols. Jenis tanah ini
masih muda atau belum mengalami perkembangan. Berasal dari bahan induk aluvium.
Teksturnya beraneka ragam, agak halus hingga sedang tergantung kondisi tanah
disekitarnya, belum terbentuk struktur, seperti yang tercantum dalam data
penelitian konsistensi tanah dalam keadaan basah adalah lekat. Tanah aluvial di
indonesia dapat dimanfaatkan sebagai tempat pertanian padi, palawija, tebu.
4. Hasil dari penlitian pada acara ke
tiga sample tanah ke empat dapat disimpulkan bahwa sample tanah merupakan tanah
jenis regosol. Persamaan nama
menurut USDA adalah entisols. Jenis
tanah ini merupakan jenis tanah yang masih muda, belum mengalami perkembangan.
Teksturnya masih berpasir, konsistensi lepas-lepas. pH netral, berasal dari
bahan induk material vulkanik piroklastik atau pasir pantai. Meskipun tanah ini
kaya akan hara tanaman, kecuali N, akan tetapi kekayaan itu masih belum dapat
dipergunakan tanaman, karena belum mengalami pelapukan. Untuk memepercepat
pelapukan diperlukan pemupukan bahan organik, pupuk kandang atau pupuk hijau.
5. Berdasarkan
hasil praktikum. Sampel tanah tersebut adalah tanah mediteran. Nama kesetaraan menurut USDA adalah alfisol. Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan
bersifat tidak subur. Tanah mediteran yang berbahan induk batu kapur memiliki
nilai pH yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berbahan induk batu pasir.
Ketersediaan air di tanah mediteran ini sangat kurang selain itu pHnya melebihi
7 sehingga tidak cocok untuk daerah pertanian. Tanah ini akan cocok untuk bahan
bangunan, bahan kapur yang kokoh dan berguna bagi fondasi suatu bangunan.
6.
Berdasarkan
hasil praktikum acar keempat sampel ke lima menunjukan sample tanah merupakan
tanah rendzina. Kesetaraan nama
menurut USDA adalah molisoll. Tanah
rendzina merupakan tanah yang berasal dari batu kapur. Tanah ini selalu
mengandung CaCO3, sehingga pH 7,8-8,4. Bahan kapur ini dapat larut
dalam HCl panas yang agak pekat dengan meninggalkan kuarsa, hal ini memberi
kesan bahwa tanah itu hanya terdiri atas karbonat-karbonat alkali tanah kuarsa
kompleks pelapukan.
7.
Berdasarkan
hasil pengamatan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa sample tanah pada acara
kelima sampel ke 7 adalah latosol.
Persamaan namanya dengan sistem USDA adalah ultisol. Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan tanah lanjut,
sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik dan silika, dengan
meninggalkan sesquioxid sebagai sisa berwarna merah. Ciri morfologi umumnya
ialah tekstur lempung sampai geluh, struktur remah sampai gumpal lemah dan
konsistensi gembur. Warna tanah sekitar merah tergantung susunan mineralogi. Di
indonesia, tanah latosol umumnya berasal dari batuan induk vulkanik, baik tuff
maupun batuan beku, terdapat mulai dari tepi pantai sampai setinggi 900 mdpl,
dengan topografi miring bergelombang, vulkanic fan sampai pegunungan dengan
iklim basah tropika curah hujan berkisar antara 2500-7000 mm
8.
Grumosol. Persamaan nama menurut USDA adalah vertisol. Tanah ini merupakan tanah
lempung yang dapat mengmbang dan mengkerut, memiliki kandungan lempung nyang
tinggi yakni mencapai >30% dari seluruh horison tanah. Tanah ini kaya akan
kapur. Menurut sifat-sifat fisik tanah grumosol yang sangat berat menyebabkan
tanah ini sangat peka terhadap erosi dan bahaya longsoran. Hal ini
mengakibatkan relief tanah di tempat yang lebih tinggi menjadi bergelombang dan
di dataran membentuk bukit-bukit kecil yang cembung. Dengan pengaturan
drainase, irigasi dan pengolahan tanah disertai pemupukan bahan organik untuk
memperbaiki struktur tanah, jenis tanah ini dapat memberikan hasil kapas, padi,
tebu dan berbagai tanaman perdagangan dataran rendah yang cukup baik.
9.
Berdasarkan
hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sampel tanah merupakan tanah regosol. Persamaan nama dalam sistem
USDA adalah entisol. Tanah ini baru
mulai terbentuk. Tekstur tanah masih kasar, konsistensi tanah lepas sampai gembur. Tekstur tanah adalah
remah. Ph 6-7. Makin tua umur tanah struktur da konsistensinya semakin padat,
bahkan seringkali membentuk padas dengan drainase dan porositas yang terhambat.
Umumnya tanah ini belum membentuk agragat, sehingga peka terhadap erosi. Untuk
mempercepat pelapukan diperlukan pemupukan bahan organik, pupuk kandang atau
pupuk hijau.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Darmawijawa, Isa. 1990. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
2.
Susanta,
Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Yogyakarta: Kanisius
Komentar
Posting Komentar