Langsung ke konten utama

PERANAN K.H. MAS MANSYUR DALAM KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA, JEPANG HINGGA MASA KEMERDEKAAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
            K.H Mas Mansur lahir pada tanggal 25 juni 1896 di Surabaya. Mas Mansur memiliki hasrat yang demikian menggelora hingga pada usia belasan tahun, ia pergi ke tanah suci Mekkah, dan menerus kan sekolahnya ke Universita Al-Azhar . pada masa belajar itu, ia banyak mengenal banyak karya sastra barat  mengenai humanisme, kemerdekaan, demokrasi yang bertentangan dengan tindakan bangsa Barat di Asia dan di Afrika. Pada masa belajar itu pula ia mengikuti dengan seksama perjuangan bangsa Mesir membebaskan diri dari kekuasaan penjajahan Inggris. Perjuangan bangsa itu sangat mempengaruhi jiwanya di kemudian hari
            Setelah menyelasikan sekolah ia kembali ke kota kelahirannya. Disana ia mulai aktif mengikuti berbagai organisasi keagamaan, mendirikan madrasah, berdakwah ke berbagai daerah. bahkan aktif dalam partai politik. Semangat dan perjuangannya juga mengantarkannya menjadi ujung tombak dari muhammadiyah. Karena pengaruhnya yang luas ia juga sempat di pengaruhi oleh belanda, namun ia tetap teguh pada pendiriannya dan menolak semua tawaran dari belanda.
            Di masa pendudukan Jepang yang terdapat banyak penekana dari pemerintah, ia tetap aktif di organisasi muhammadiyah. Bahkan dengan K.H. Wahid Hasyim dan K.H. Taufiqurrahman mendirikan masyumi. Dan ketika jepang membubarkan semua organisasi poloitik dengan membentuk PUTERA ia di pilih menjadi salah satu pimpinannya. Saat menjelang proklamasi ia diangkat menjadi anggota PPKI. Tugas itu dilaksanakan dengan sekuat tenaga bahkan ketika Belanda hendak merebut kembali kemerdekaan Indonesia, kiai itu mendukung sepenuhnya gerakan pemuda-pemuda Surabaya yang berjuang melawan belanda. Karena tindakan itu ia si penjarakan di kalisosok Surabaya dan tutup usia pada tanggal 25 April 1946
            K.H. Mas Mansur adalah sosok yang patut di teladani, dari kegigihannya menuntut ilmu hingga perjuangannya dalam kemerdekaan Indonesia. Ia memiliki banyak peranan dalam perjuangan kemerdekaan itu.

B. RUMUSAN MASALAH
1.    siapakah K.H. Mas Mansur itu?
2.    Bagaimana bentuk perjuangannya
3.    Apa peranannya dalam kemerdekaan Indonesia?

C. TUJUAN
 Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Agar dapat mengenal sosok K.H. Mas Mansur
2.    Untuk mengetahui perjuangan mas Mansur terhadap kemerdekaan Indonesia
3.    Untuk mengetahui peranan mas Mansur pada kemerdekaan Indonesia




BAB II
PEMBAHASAN

A.   Kiai Haji Mas Mansur
Kiai Haji Mas Mansur lahir di Surabaya pada tanggal 25 Juni 1896 dalam susasana politik kolonial yang lebih persuasif. Ia meneruskan pendidikan hinggal unversitas Al-Azhar di Kairo, Mesir.  Dari sana ia mengenal karya-karya sastra Barat  yang memperkenalkan tentang humanism, kemrdekaan, demokrasi yang bertentangan dengan tindakan bangsa Barat di Asia dan di Afrika. Pada masa belajar itu pula ia mengikuti perhuangan bangsa Mesir membebaskan diri dari kekuasaan penjajahan inggris. Perjuangan bangsa itu yang sangat mempengaruhi jiwanya di kemudian hari
Di dalam pergerakan keagamaan, ia dikenal sebagai seorang Kiai yang berfikiran progresif, kaya akan gagasan, dan berani berijtihad. Ia bukan hanyadikenal sebagai mujtahid, tetapi juga sebagai ulama penggalang persatuan antara ulama tradisional dan ulama reformismodernis. sementara dibidang pergerakan kebangsaan ia pun memperlihatkan perhatian yang besar.
Mas Mansur termasuk Kiai yang tanggap terhadap problema bangsa. Disela-sela kesibukannya sebagai aktifis dalam dunia pergerakan, ia masih semp[at berfikir kontemplatif. Berbagai pandangan dan pemikirannya mengenai permasalahan sosial-keagamaan serta filsafat tersebar di berbagai media di zamannya.
Dalam perpolitikan ummat Islam saat itu, Mas Mansur juga banyak melakukan gebrakan. Sebelum menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, Mas Mansoer sebenarnya sudah banyak terlibat dalam berbagai aktivitas politik ummat Islam. Setelah menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, ia pun mulai melakukan gebrakan politik yang cukup berhasil bagi ummat Islam dengan memprakarsai berdirinya Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) bersama Hasyim Asy'ari dan Wahab Hasboellah yang keduanya dari Nahdlatul Ulama (NU). Ia juga memprakarsai berdirinya Partai Islam Indonesia (PII) bersama Dr. Sukiman Wiryasanjaya sebagai perimbangan atas sikap non-kooperatif dari Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Demikian juga ketika Jepang berkuasa di Indonesia, Mas Mansoer termasuk dalam empat orang tokoh nasional yang sangat diperhitungkan, yang terkenal dengan empat serangkai, yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Mas Mansur.
Keterlibatannya dalam empat serangkai mengharuskannya pindah ke Jakarta, sehingga Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah diserahkan kepada Ki Bagoes Hadikoesoemo. Namun kekejaman pemerintah Jepang yang luar biasa terhadap rakyat Indonesia menyebabkannya tidak tahan dalam empat serangkai tersebut, sehingga ia memutuskan untuk kembali ke Surabaya, dan kedudukannya dalam empat serangkai digantikan oleh Ki Bagoes Hadikoesoemo.
Ketika pecah perang kemerdekaan, Mas Mansur belum sembuh benar dari sakitnya. Namun ia tetap ikut berjuang memberikan semangat kepada barisan pemuda untuk melawan kedatangan tentara Belanda (NICA). Akhirnya ia ditangkap oleh tentara NICA dan dipenjarakan di Kalisosok. Di tengah pecahnya perang kemerdekaan yang berkecamuk itulah, Mas Mansur meninggal di tahanan pada tanggal 25 April 1946. Jenazahnya dimakamkan di Gipo Surabaya. Atas jasa-jasanya, oleh Pemerintah Republik Indonesia ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional bersama teman seperjuangannya, yaitu KH. Fakhruddin.

B.   Perjuangan K.H. Mas Mansur di bidang pergerakan kebangsaan
A.    Masa penjajahan belanda
Pada tahun 1959, setibanya beliau dari menuntut ilmu di mesir. Beliau pulang ke kota kelahirannya yaitu kota surabaya yang saat itu sangat ramai oleh hiruk pikuk oleh semangat kebangsaan kaum refolusioner.di kota inilah Cokroaminoto memimpin Central Sarikat Islam (CSI) yang terkenal dengan aksi-aksinya yang radikal. Dalam suasana kota yang marak seperti itulah Mas Mansur memilih Central Serikat Islam (CSI) sebagai lahan pengabdiannya di bidang politik. Tak lama kemudian beliau terpilih sebagai penasihat organisasi radikal tersebut.
            Kemudian Mas Mansur ikut bergabung dengan indonesische Studie Club (ISC) yang didirikan di Surabaya pada tanggal 11 juli 1924 sebagai penjelmaan dari intelectuele Club. ISC yang dipimpin oleh dr. Sutomo bertujuan untuk membangun kaum terpelajar supaya mempunyai keinsyafan kewajiban terhadap masyarakat dan memperdalam pengetahuannya tentang politik.
            Pada tahun 1927 partai serikat islam mengalami keretakan. Ketika itu dr. Sukirman bertemu dengan Mas Mansur yang terkena disiplin partai terdapat persamaan ide untuk mempertahankan serta menaikan pamor partai islam pertama di Indonesia itu dengan kembali masuk menjadi angootanya. Untuk itu Mas Mansur, Sukiman, Wali Al-fatah dan beberapa tokoh lain melayangkan sepucuk surat kepada pengurus partai, yang sejak 1929 namanya dig anti menjadi Partai Sarikat Isalm Indonesia (PSII).
            Pada tanggal 14 Desember 1938 di Solo lahirlah partai baru yang bernama Partai Islam Indonesia (PII). Di partai itu Mas Mansur duduk sebagai anggota. Terbentuknya partai ini dilandasi oleh adanya kesadaran berpolitik di kalangan umat islam Indonesia di dalam melihat perkembangan situasi sosial-politik baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kehadiran PII ini setidaknya cukup melegakan sebagian umat islam yang sudah sejak lama mendabakan sebuah partai sendiri yang kooperatif dan aspiratif. Partai ini dengan serta merta berkembang pesat ke seluruh penjuru tanah air ditunjang oleh organnya, majalah Islam Bergerak, yang memperoleh banyak simpati dari umat islam di Indonesia. Perkembangan PII yang sedemikian tidak bisa lepas dari peran Mas Mansur sebagai pucuk pimpinan Muhammadiyah.
            Enam bulan setelah berdirinya PII, Mas Mansur dan R. Wiwoho mewakili partai tersebut untuk mendirikan Gabungan Partai Indonesia (GAPI) bersama kaum pergerakan kebangsaan di Jakarta pada tanggal 29 Mei 1939. Berdirinya GAPI selain dimaksudkan untuk  mempersatukan partai politik di Indonesia, juga mempunyai tujuan pokok yaitu menuntut Indonesia berparlemen. PII memberikan dukungan penuh terhadap tuntutan GAPI berdasarkan prinsip musyawarah.
            Dalam kongres PII pertama yang diadakan di Yogyakarta pada 11 april 1940 mencetuskan bebrapa program yang menyangkut berbagai kepentingan rakyat Indonesia, meliputi masalah-masalah politik, agama, ekonomi, perpajakan, sosial, pengajaran dan kehakiman. Salah satu program PII yang paling menarik dan relevan dengan apa yang di perjuangkan bangsa Indonesia saat itu adalah di bidang politik, yaitu mengadakan sebuah Negara kesatuan Indonesia dibawah suatu pemerintahan pusat yang bersifat demokratis.
            Pada bulan September 1940 Mas Mansur mewakili MIAI duduk dalam dewan pimpinan Majelis Rakyat Indonesia (MRI) bersama dengan K.H. Wahid hasyim, Wondoamiseno, dr. Sukiman dan Umar Hubeisy. MRI sendiri adalah sebuah badan perwakilan rakyat Indonesia yang bertujuan mencapai kesentosaan dan kemuliaan rakyat berdasarkan demokrasi menggantikan kongres Rakyat Indonesia. Menurut A.K. Pringgodigno berdirinya MRI merupakan suatu langkah maju karena keanggotaanya meliputi berbagai pergerakan rakyat, baik bersifat politis maupun non politis. Kemajuan ini, menurutnya terdorong oleh kehendak yang amat kuat dari rakyat Indonesia untuk mencapai hak mengambil keputusan mengenai urusan negri mereka sendiri sebagai akibat dari meletusnya peperangan.
            Dalam rapat MRI pada tanggal 16 november 1941 yang beranggotakan 15 orang Mas Mansur terpilih menjadi ketua MRI. Terpilihnny Mas Mansur dianggap sebagai suatu peristiwa yang cukup mengejutkan, karena pemilihan itu dilaksanakan secara demokratis, bebas, rahasia dan tanpa campur tangan pemerintah. Ini juga menunjukan betapa sebenarnya posisi Mas Mansur dimata kalangan nasionalis yang mempercayai kepemimpinannya. Namun Mas Mansur tidak bersedia mengemban kepercayaan kongres tersebut dengan alsan lebih memilih Muhammadiyah. Kongres akhirnya memilih Mr. Sartono sebagai ketua MRI. Namun ternyata majelis yang mengesahkan itu hanya berumur 3 bulan, lantaran PSII mengundurkan diri dari MRI maupun GAPI.  Dengan demikian rencana kongres MRI pada Mei 1942 di Solo tak terlaksana, bukan hanya karena pengunduran diri tersebut, tetapi juga karena bala tentara Jepang telah menduduki Indonesia dua bulan sebelum rencana kongres.

B.    Masa Pendudukan Jepang
Ketika Jepang baru seminggu menduduki Indonesia, nama Mas Mansur muncul sebagai mentri agama dalam daftar susunan cabinet Indonesia yang diajukan Abikusno Cokrosuyoso kepada penguasa pendudukan. Namun, susunan tersebut ditolak mentah-mentah oleh Jepang yang sejak semula tidak berniat untuk membebaskan Indonesia sepenuhnya.
Pada tanggal 9 maret 1943 Mas Mansur bersama Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan Ki Hajar Dewantara  yang dijuluki 4 serangkai (Si’in) oleh Sukarjo Wiryopranoto menduduki posisi kunci utama dalam gerakan PUTERA atau Pusat Tenaga Rakyat (Jawaminshu soryoku kesshu undo) yang diresmikan Gunseikan di Lapangan Ikada, Jakarta. Dalam rapat itu Mas Mansur turut memberikan pidato sambutan, antara lain ia mengatakan bahwa Indonesia dapat lepas dari cengkraman Belanda berkat Dai Nippon. Karena suatu hal PUTERA baru mulai berfungsi sejak tanggal 16 April 1943. Gerakan ini bermarkas besar di jalan Sunda 18 (sekarang jalan Gereja Theresia) memiliki empat departemendengan dua belas sesi. Keempat Departeman itu adalah : Departeman Perencanaan dan pembangunan, di bawah pimpinan Ki Hajar Dewantara, Departemen Propaganda, di bawah Bung Karno, Departemen Kesejahteraan Masyarakat, di bawah Mas Mansur. PUTERA didirikan jepang dengan maksud untuk untuk memberikan kepuasan bangsa Indonesia di bisang politik, sekaligus sebagai alat untuk mengeksploitir kekayaan Indonesia bagi keperluan Perang Asia Timur Raya.
Perhatian dan minat masyarakat terhadap PUTERA untuk mencari berbagai bantuan ternyata diluar dugaan. Markas besar PUTERA yang mulai bekerja tanggal 17 April 1943 sampai kewalahan. Hal tersebut menunjukan betapa tingginya harapan rakyat terhadap PUTERA, hal ini di tulis pleh Bung Hatta dalam laporan tiga bulan pertama gerakan tersebut..
Pada pertengahan tahun 1943 Jepang mulai banyak mengalami kemunduran. Oleh karena itu Jepang bersifat melunak terhadap bangsa-bangsa yang didudukinya. Pada tanggal 16 Juni 1943 Perdana Mentri Jepang Toyo menjelaskan bawha Indonesia akan diberi kesempatan untuk berperan dalam pemerintahan.
Sebulan kemudian pada tanggal 17 Juli 1943 Perdana Mentri Toyo dating ke Indonesia. Dalam pidatinya di lapangan Ikada ia menekankan pentingnya posisi jawa dalam Perang Asia Timu Raya. Ia mengulangi janjinya untuk memberi kesempatan kepada penduduk jawa berperan dalam pemerintahan sesegera mungkin. Untuk itu ia menyerukan agar seluruh rakyat diarahkan dalam usaha pemerintahan, perekonomian, dan kebudayaan, serta mengharapkan agar bekerja mati-matian untuk membentuk jawa baru.
Posisi Jepang semakin kritis dalam perang. Dua minggu seletah P.M Toyo berpidato di Jakarta, pasukan sekutu menjatuhkan bom di Surabaya.
Sebagai realisasi dari pernyataan P.M. Toyo mengenai partisipasi politik orang-orang Indonesia, maka pada tanggal 5 Semptember 1943 Saiko Shikikan (Panglima Tertinggi) membentuk Chuo Sangi-in atau sebuah lembaga semacam Dewan Pertimbangan Agung, yang di ketuai oleh Bung Karno. Mas Mansur termasuk dalam 24 oarang anggota Chou Sangi-in yang diangkat oleh Saiko Shikikan. Ia merupakan salah satu dari enam wakil golongan islam yang menjadi anggota lembaga tersebut.
Sementara itu gerakan PUTERA yang didirikan untuk mendukung kepentingan Jepang, dalam perkembangannya ternyata tidak sesuai dengan harapan semula dan dianggap mengacam posisi Jepang di jawa. Para pemimpin PUTERA memang memanfaatkan PUTERA sebaik-baiknya untuk menggalang dan membangkitkan semangat serta persatuan rakyat.
Selanjutnya pada tanggal 1 Maret 1944 di bentuklah Jawa Hokokai (Himpunan Kebangkitan Rakyat Jawa) yang bertujuan untuk mempercepat kemenangan akhir sesuai dengan amanat Saiko Shikikan. Dengan terbentuknya Jawa Hokokai, Empat Serangkai mengumumkan peleburan PUTERA ke dalam badan baru tersebut.
Adapun Masyumi yang di bentuk atas selera Jepang supaya tak banyak berperan di bidnag politik, ternyata memperoleh posisi penting dengan menempatkan K.H. Hasyim Asy’ari, ketua Mayumi sebagai penasehat Jawa Hokokai bersama Bung Karno. Sedangkan Mas Mansur bersama Bung Hatta menangani masalah umum dalam negri di pusat. Namun, dalam prakteknya, Mas Mansur lebih memusatkan perhatiaanya kepada Masyumi, karena setelah dibubarkannya PUTERA hanya ada dua organisasi sosial politik yang menonjol, yaitu Masyumi dan Jawa Hokokai.
 Pada tanggal 28 Mei 1945 di resmikanlah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI (Dokuritsu Zyunbi Chosakai). Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat, yang beranggotakan 68 orang. Badan ini melakukan bersidang dua kali yaitu tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 dan 10 – 16 Juli 1945. Persidangan membahas masalah-masalah pokok mengenai bentuk, batas, dan dasar filsafat Negara, serta konstitusi. Dalam perkembangannya terbentuklah sebuah tim kerja BPUPKI yang diketuai Bung Karno. Tim ini pada tanggal 22 Juni 1945 menelurkan Piagam Jakarta yang ditanda tangani oleh Sembilan anggota terkemuka. Dalam piagam itu Pancasila disepakati sebagai dasar Negara Indonesia.
Kemudian pada tanggal 7 agustus 1945 BPUPKI digantikan dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI dengan Bung Karno sebagai ketuanya. Siding pertamau direncanakan tanggal 18 Agustus 1945. Namun, belum sempat siding itu terselenggara, bangsa Indonesia tanpa campur tangan jepang memproklamatirkan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Namun, semenjak peristiwa di jalan Kramat Raya pada akhir Juli 1945 kesehatan Mas Mansur mulai melemah hingga jatuh sakit. Tetapi ia masih memantau peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia terutama detik-detik menjelang dan berkumandangnya proklamasi di atas pembaringan.

C.   Perang Kemerdekaan
Dua hari sejak proklamasi kemerdekaan hingga tewasnya Jendral mallaby serta munculnya ultimatum Letnan Jendral Chistoper pada akhir oktober. Saat itru mas Mansur beserta keluarga tiba di Surabaya
            Hingga pada tanggal 10 November 1945 pecahlah pertempuran Surabaya. Pertempuran ini pecah karena rakyat Surabaya mengabaikan ultimatum dari Mayor Jendral M.C. Mansergh yang akan menggempur Surabaya dari berbagai penjuru jika semua pemimpin belanda tidak mau menyerah. Seminggu kemudian Inggris berhasil menguasai wilayah Surabaya utara, dimana tempat Mas Mansur berdomisili. Walaupun kondisi tubuhnya lemah, dan banyak peluru yang menembus tembok rumahnya , Mas Mansur tetap tidak bergeming. Memang saat ituu kondisinya tidak memungkinakan utuk berjuang namun Mas Mansur bergerak di balik layar. Ia memang tidak terjun langsung ke front. Namun banyak pemuda yang diam-diam menyelinap ke rumahnya untuk berkonsultasi dan meminta wejangan darinya.

C.  Peranan Mas Mansur
Peranan Mas Mansur adalah dalam usahanya membangkitkan rasa kebangsaan, perubahan sosial-keagamaan, persatuan nasional dan persatuan di kalangan umat islam, serta peranannya di bidang jurnalistik.
A.    Kebangkitan Nasional
Peranan Mas Mansur dalam kebangkitan kesadaran kebangsaan tampak sejak ia aktif dalam SI, dan kemudian membentuk Taswirul Afkar dan Madrasah Nahdhatul Wathan. Di dalam kedua lembaga tersebut, ia berperan banyak dalam menebarkan benih-benih nasionalisme di kalangan kaum muda Islam serta anak didiknya yang kelak akan meneruskan perjuangan mencapai cita-cita kemerdekaan.
Dapat dikaltakan, salah satu hasil diskusi Taswirul Afkar yang mempunyai pertalian dengan persoalan  bangsa kala itu ialah gagasan berdirinya Madrasah Nahdhatul Wathan. Dari namnya saya berarti “Kebangkitan Tanah Air” itu terbersit kesna betapa kuatnya semangat cinta tanah air dan kebangsaan kaum santri itu.

B.    Perubahan Sosial Keagamaan
Pertemuan Mas manur beberapa kali dengan K.H. Ahmad Dahlan memberikan pencerahan dan kesadaran dalam dirinya tentang perlunya metode pendekatan dalam upaya pembinaan suatu masyarakat yang sesuai dengan kehendak Allah dan rasull-Nya. Metode yang dianjurkan Kiai Ahmad Dahlan adalah melakuakan penngkajian dan pengamalan isi Al-Quran sesuai dengan menggunakan otrak dan mata hati sehingga tersingkap rahasia alam yang memang dicapai Tuhan untuk semua makhluk-Nya, termasuk manusia “kita hidup di dunia, maka dari itu kita harus tahu pula akan apa-apa yang terjadi di sekeliling tempat hidup kita itu,” kata Kiai Ahmad Dahlan. Hal inilah yang semakin mempertebal keyakianan dan semangatnya dalam memurnikan ajaran agama Islam dan memajukan bangsanya dengan melakukan perubahan di bidang sosial keagamaan.
a.    Bidang Sosial
Mas Mansur mewujudkan cita-cita sosialnya setelah aktif dalam cabang Muhammadyah. Dalam kapasitas sebagai ketua Muhammadyah cabang Surabaya, ia membentuk beberapa anak organisasi, seperti organisasi pemuda Hisbul Wathan pada tahun 1921 yang berkegiatan dibidang perpustakaan, koperasi, olahraga, music dan drumband, organisasi kewanitaan Aisyah, dan organisasi keputrian Aisyah.
b.    Bidang Keagamaan
Di bidang ini Mas Mansur meniupkan faham pembaharuan dalam pemahaman serta pengamalan agama islam. Mengikuti metode Kiai Ahmad Dahlan, langkah pertama yang diambil adalah mengajak umat kembali berpegang kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dengan penekanan kepada pemurnian Tauhid dan syariat Islam. Untuk memahami kerusakan akidah umat Islam, ia pun tak segan-segan  mengadakan observasi langsung ke bebarapa tempat, seperti makam-makam keramat, patung-patung atau rumah hantu.

C.   Persatuan
a.    Persatuan umat Islam
Peranan Mas Mansur dalam mempersatukan derap langkah perjuangan umat Islam Indonesia setidaknya tampak dengan terbentuknya MIAI. MIAI bisa dikatakan hebat sebagai kekuatan politik selama bebrapa tahun terakhir masa penjajahan Belanda. Namun, itu terbentuk karena adanya perasaan bersama terhadap meningkatnya ancaman dari luar, bukan karena saling mencintai atau karena mereka secra jujur memiliki perasaan dan opini yang sama mengenai hal-hal lain selain dari ancaman eksternal itu..
b.    Persatuan Nasional
Peranan Mas Mansur yang paling menonjol dalam mewujudkan persatuan nasional untuk mencapai cita-cita kemerdekaan adalah dengan ikut berperan dalam pendirian GAPI pada tahun 1939 di Jakarta bersama tokoh-tokoh pergerakan kebangsaan lainnya. Aksi GAPI yang terkenal, seperti telah disebutkan adalah menuntut Indonesia berparlemen. Setelah GAPI terbentuk, berdirilah MRI bahkan Mas Mansur secara aklamasi terpilih menjadi ketuanya.
Mas Mansur juga ikut berpartisipasi dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Ia termasuk salah seorang anggota BPUPKI. Meskipun belum sempat mengikuti [perjuangan badan yang beru terbetuk tersebut, iajatuh sakit. Setidaknya ia turut pula memikirkan pola dasar dari Negara Indonesia.


D.   Bidang jurnalistik
Mas Mansur juga memiliki ketertarikan pada bidang tulis menulis, yang dimanfaatkan sebagai alat untuk menyebar luaskan berbagai gagasan dan pemikiran kepada masyarakat di dalam upaya mewujudkan cita-citanya. Media komunikasi pertama yang di terbitkannya adalah Le Jinem, pada tahun 1920 di Surabaya. Kemudian ia menerbitkan Suara Santri (1921), serta Journal Etude dan Proprietair.




BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari uraian mengenai K.H Mas Mansur dapat ditarik kesimpulan bahwa kiai Haji Mas Mansur bergerak dalam bidang keagamaan dan juga di bidang ke bangsaa. Beliau aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melaluli berbagai organisasi keagamaan islam seperti bergabung dengan muhammadyah, mendirikan MIAI, mendirikan pesantren. Sedang perjuangannya di bidang kebangsaan dengan menjadi salah satu pinmpinan PUTERA, ikut dalam Jawa Hokokai. Ia juga bergabung dengan BPUPKI namun sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya kesehatannya menurun, dan ia jatuh sakit.
Peranan Mas Mansur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia  adalah dalam usahanya membangkitkan rasa kebangsaan, perubahan sosial-keagamaan, persatuan nasional dan persatuan di kalangan umat islam, serta peranannya di bidang jurnalistik.

B. DAFTAR PUSTAKA

1.    Aqsha, Darul. 2005. Kiai Haji Mas Mansur (1896-146) Perjuangan dan Pemikiran. Jakarta: Penerbit Erlangga
2.    Soedarmata,J.B. 2007. Jejak-jejak Pahlawan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
3.    www.wikipedia.org

Komentar

Postingan populer dari blog ini

tanggap warsa

udah telat banget sih emang, sampe udah ganti bulan, tapi hari itu tetap menyenangkan. meskipun ulang tahun jatuh hari sabtu yang menjadi hari libur perkuliahan, tapi  ngampus juga hari itu, dua hari setelahnya, mengadakan sukuran kecil kecilan sam temen-temen,. makasih ya semua :D jujur, itu kue terindah yang pernah aku terima selama 20 tahun hidup ku.. ada foto ku, bagus deh pokoknya, enak juga. makasih ya temen-temen :D :D