Langsung ke konten utama

laporan geo tanah


LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH






Disusun oleh :
Romadoni Tricahyani (11405241018)





DAFTAR ISI
1.    Halaman judul .................................................................................................  1
2.    Daftar Isi ...........................................................................................................  2
3.    Bab I Pendahuluan ........................................................................................  3
A.   Latar Belakang ....................................................................................  3
B.   Tujuan ..................................................................................................  3
4.    Bab II Teori Singkat ........................................................................................  4
A.   Geografi Tanah ...................................................................................  4
B.   Morofologi Tanah ...............................................................................  4
5.    Bab III Prosedur Pengamatan ......................................................................  13
A.   Alat dan Bahan ...................................................................................  13
B.   Cara Pengamatan .............................................................................. 13
6.    Bab IV Pembahasan ......................................................................................
A.   Acara 2 .................................................................................................
a)    Sample 1 ..................................................................................
b)    Sample 2 ..................................................................................
c)    Sample 3 ..................................................................................
B.   Acara 3 .................................................................................................
a)    Sample 4 ..................................................................................
C.   Acara 4 .................................................................................................
a)    Sample 5 ..................................................................................
b)    Sample 6 ..................................................................................
D.   Acara 5 .................................................................................................
a)    Sample 7 ..................................................................................
E.   Acara 6 .................................................................................................
a)    Sample 8 ..................................................................................
F.    Acara 7 .................................................................................................
a)    Sample 9 ..................................................................................
7.    Bab V Penutup ...............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang keruangan, kewilayahan dalam konteks keruangan. Geografi memiliki obyek material dan obyek formal dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Geografi juga memiliki banyak cabang ilmu. Salah satunya adalah geografi tanah. Geografi tanah memepelajari tentang karakteristik berbagai jenis tanah dan sebaran berbagai jenis tanah yang ada dimuka bumi.
Tanah merupakan suatau hal yang wajar di temukan di permukaan bumi. Terdapat tanah yang subur, tanah yang tandus, tanah berwarna gelap, hingga terdapat tanah yang berwarna terang. Tanah memiliki banyak jenisnya yang dapat di temukan di berbagai tempat. Tanah juga merupakan hasil dari pelapukan batuan yang di dukung oleh iklim, topgrafi, waktu, bahan induk, dan organisme.
Faktor-faktor tersebut dapat berbeda di setiaptempatnya sehingga menyebabkan erbedaan tanah di setiap daerah.  Agar dapat mengetahui jenis tanah di setiap daerah maka dapat  diadakan praktikum pengamatan tanah. Pengamatan tersebut dengan cara melihat ciri-ciri morfologi tanah seperti warna, tekstur, struktur, konsistensi tanah, pH tanah, kandungan bahan organik, Mn, maupun kapur, serta perakaran yang terdapat pada tanah. Hal ini akan di jelaskan dalam pembahasan.

B.    TUJUAN
Penyusunan laporan ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tantang morfologi tanah, serta dapat mengklasifikasi jenis dari sample tanah yang tersedia.



BAB II
TEORI SINGKAT
A.  Geografi tanah
geografi tanah mempelajari tentang karakteristik dari berbagai jenis tanah dan sebaran dari berbagai jenis tanah yang ada di muka bumi. Sebenarnya karakteristik berbagai jenis tanah dipelajari dalam ilmu tanah. Adapun geografi tanah lebih menekankan pada sebaran dari berbagai jenis tanah dan mempelajari faktor-faktor penyebab mengapa terjadi perbedaan jenis tanah  antara tempat satu dengan tempat lainnya.

B.    Morfologi tanah
Morfologi tanah dalam mendiskripsikan profil (penampang)tanah dengan tekanan pada bentuk, susunan dan karakeristik horison-horison tanah. Berikut ini merupakan unsur yang dapat mencirikan morfologi tanah.
1.    Warna tanah
Warna merupakan ciri tanah yang paling nyata dan mudah ditentukan. Seseorang dapat langsung mempertoleh banyak keterangan dari warna tanah, apalagi jika di hubungkan dengan ciri-ciri yang lain. Jadi warna tanah hampi merupakan ukuran tak langsung mengenai sifat dan mutu tanah, serta bersifat menggantikan ciri-ciri penting lainnya yang sukar untuk diteliti. Warna tanah merupakan pernyataan: (a) jenis dan kadar bahan organik, (b) keadaa drainase dan aerasi tanah dalam hubungan dengan hidratasi, oxidasi dan proses pelindian, (c) tingkat perkembangan tanah, (d) kadar air tanah termasuk pula dalamnya permukaan air tanah, dan atau (e) adanya bahan-bahan tertentu.
Hampir tiap profil tanah terdiri atas horison-horison yang memiliki warna berlainan, warna tiap horison harus diamati. Satu horison mungkin berwarna seragam, tetapi mungkin pula tercampur warna lain berupa reduksi yang mempunyai warna lebih ke arah biru, atau dalam benttuk bintik, becak (mottling). Becak ini merupakan akumulasi senyawa-senyawa besi, Al atau Mn yang makin besar akumulasinya makin terkumpul membentuk konkresi. Mengenai becak-becak ini selain warnanya perlu pula diamati jelas, jumlah dan besarnya.
Jelas tidaknya becak-becak dibedakan atas:
-k- Kabur (faint): perbedaan warna dasar (matrix) dan becak (mottling) tidak jelas.
-j- jelas ( distinct): tampak jelas perbedaan antara dasar dan becak
-t- tegas (prominent) : becak merupakan ciri yang tegas
Jumlahnya (abudance) dibedakan atas :
-c- cukup (common): antara 2% - 20%
-b- banyak (many): lebih dari 20% luas permukaan horison profil
Besarnya (size) becak-becak dibedakan atas:
-h- halus (fine): diameter becak-becak kurang dari 5 mm
-s- sedang (medium): diameternya antara 5-15 mm
-k- kasar ( coarse): diameternya lebih dari 15 mm.
Warna reduksi dan warna becak-becak menunjukan drainase terhambat atau buruk.
Untuk menentukan warna tanah diperlukan suatu patokan warna sebagai pembanding. Yang banyak digunakan adalah Munsell Color Chart yang meliputi kira-kira 1/5-nya seluruh warna yang ada. Munsell Color Chart terdiri atas kartu-kartu yang berbeda warna spectrum-nya dominan yang diberi istilah Hue, dengan simbol angka dan huruf besar pertama dari warna misalnya Y untul Yellow, R untuk Red yang di terangkan di sudut kanan atas pada setiap kartu. Penentuan warna pada munsell Soil Color Chart  terdiri atas 9 kartu dengan hue antara kuning (Yellow) dan merah (Red) berturut-turut mulai dari 5 Y, 2.5 Y, 10 RY, 7,5 RY, 5 RY, 2,5 RY, 10 R, 7,5 R dan 5R.
Secara kualitatif warna tanah pada umumnya dapat dibedakan atas:
1.    Hitam: untuk semua hue yang ber-value/chroma antara N2/ sampai dengan 2/1;
2.    Kelabu: untuk (a) semua hue yang ber-value/chroma antara 3/1 – 7/1, (b) hue dari warna gley sampai dengan 5 YR terutama pada 5Y dan 2,5 Y dengan value/chroma 3/2 – 7/2, (c) hue dari warna gley, 2,5 Y, 7,5 YR, 5 YR dengan value/chroma antara N 3/ - N7/:
3.    Kuning: hue gley sampai dengan 5 YR terutama pada 5 Y dan 2,5 Y dengan value/chroma antara 7/3 – 8/4 dan 6/6 – 8/8
4.    Coklat: hue 2,5 Y sampai dengan 5 YR terutama 10 YR dan 7,5 YR dengan value/chroma antara 3/3 – 6/4 dan 5/6 – 6/8
5.    Merah: hue 2,5 YR sampai dengan 10 R dengan value/chroma antara 3/2  - 6/4 dan 3/6 – 6/8

2.    Tekstur tanah
Tekstur taah adalah erbndingan relatif tiga golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung (clay), debu (silt) dan pasir (sand). Butir tunggal tanah diberi istilah partikel tanah, dan golongan partikel tanah diberi istilah fraksi tanah.
Batas fraksi tanah
Sistem USDA
Sistem Atterberg
Pasir sangat kasar
Pasir kasar
Pasir biasa
Pasir halus
Pasir sangat halus
Debu

Lempung/ liat (clay)
2,0 – 1,0
1,0 -0,5
0,5 – 0,25
0,25 – 0,10
0,10 – 0,05
0,05 – 0,002

Kurang dari 0,002

Pasir kasar
Pasir medium

   Pasir halus
   Debu kasar
Debu medium
Debu halus
Lempung/liat                              kasar
Lempung/liat medium
Lempung/liat halus

2,0 – 0,63
0,63 – 0,20

0,20 – 0,063
0,063 – 0,020
0,020 – 0,0063
0,0063 – 0,0002
0,0002 – 0,00063

0,0063 – 0,0002

Kurang dari 0,0002




Tabel 2.1 Batas Fraksi tanah

Dari penggolongan tersebut yang terpenting adalah:
·         Fraksi  pasir (sand) :  diameternya antara 2 mm dan 0,05 mm (50µ)
·         Fraksi debu (silt) : diameternya antara 50 µ dan 2 µ
·         Fraksi lempung (clay) : diameternya lebih dari 2 µ
Penggolongan tekstur tanah didasarkan aas perbandingan kendungan lempung, debu dan pasir penyusun tanah. Nama klas tekstur tanah pada umumnya diambil dari fraksi yang sebagian besar dikandung massa tanah tersebut jika campuran partikel lain dapat diabaikan karena sedikitnya, sehinga dikenal klas-klas tekstur tanah
·         Tanah pasir kasar (coarse sand)
·         Tanah pasir (sand)
·         Tanah pasir sangat halus (very fine sand)
·         Tanah debu (silt)
·         Tanah lempung (clay)
·         Tanah lempung berat (heavy clay)
Jika tercampur sedikit fraksi lain maka nama-nama klas tekstur tanahnya menjadi:
·         Tanah lempung pasiran (sandy clay)
·         Tanah lempung debuah (silt clay)
Selain itu juga terdapat istilah geluh (loam) untuk menunjukan massa perbandingan tanah yang terdiri atas ketiga fraksi dalam perbandingan sekitar sama besar, jika salah satu agak lebih banyak maka dikenal nama-nama tekstur tanah sebagai berikut:
·         Tanah geluh (loam)
·         Tanah pasir geluhan (loamy sandy)
·         Tanah geluh pasiran (sandy loam)
·         Tanah geluh debuan (silt loam)
·         Tanah geluh lempungan (clay loam)
·         Tanah geluh lempung pasiran (sandy clay loam)
·         Tanah geluh lempung debuan (silty clay loam)









Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
1.    Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir.
2.    Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir Berlempung.
3.    Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir.
4.    Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.
5.    Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berdebu.
6.    Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Debu.
7.    Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat.
8.    Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir.
9.    Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu.
10.  Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berpasir.
11.  Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berdebu.
12.  Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat.
Tekstur tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konsistensi dan struktur tanah, sehingga tanah pasir selalu lepas-lepas dan berbutir tunggal, sdangkan tanah lempung selalu sangat teguh dan selalu mampat. Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Oleh karena itu tekstur tanah perlu dipertimbangkan dalam menentukan cara pengolahan (penggarapan) tanah (soil cultivation).
Tekstur tanah merupakan satu-satunya sifat fisik tanah yang tetap dan tidak mudah diubah oleh tangan manusia jika tidak ditambah dari tempat lain. Erosi dapat menyebabkan berubahnya tekstur karena terkikisnya tanah yang terkikis dari tempat lain yang lebih tinggi.

3.  Struktur tanah
Struktur tanah didefinisikan sebagai susunan saling mengikat partikel-partikel tanah. Ikatan partikel tanah itu berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya.
Struktur tanah sangat mempengaruhi sifat keadaan tanah, antara lain gerakan tanah, lalu lintas panas, aerasi. Oleh karena itu tata air, panafsiran akar tanaman dan penetrasi akar banyak di tentukan oleh struktur tanah. Petani menggarap tanah dengan cara membajak, mencangkul, dan memupuk bahan organik bertujuan pula untuk merubah struktur tanah ke arah bentuk, besar ketahanan yang dikehendaki.
Struktur tanah dikelompokkan dalam 6 bentuk. Keenam bentuk tersebut adalah:
1.    Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous, struktur ini terdapat pada horizon A.
2.    Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membulat dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal bersudut, dengan sumbu horizontal setara dengan sumbu vertikal, struktur ini terdapat pada horizon B pada tanah iklim basah.
3.    Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat pada horizon B pada tanah iklim kering.
4.    Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membulat, struktur ini terdapat pada horizon B pada tanah iklim kering.
5.    Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horizon A2 atau pada lapisan padas liat.
6.    Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat porous, struktur ini terdapat pada horizon A.













4.    Konsistensi
Konsistensi anah adalah derajat dan adhesi di antara partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.konsistensi di tentukan oleh struktur dan tekstur tanah.
Cara menentukan konsistensi tanah di lapangan ialah dengan cara memijit tanah, dalam berbagai keadaan kandungan air seperti basah, lembab atau kering. Dipijit menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Pada tanah basah massa tanah dipijit lalu diamati plastisitas (apakah massa tanah cukup liat untuk dibuat bentuk-bentuk tertentu tanapa retak-retak atau pecah) atau apakah tanah melekat pada jari-jari kita, sehingga memisahkan ibu jar dan jari telunjuk mudah atau sukar. Pada tanah lemaba di tentukan dengan cara meremukan massa tanah menggunakan telapak tangan, apakah tanah gembur, ataukah artikel tanah cukup saling melakat dalam gumpalan tehuh. Penentuan tanah kering dilakukan dengan cara memecahkan atau meremukan gumpalan tanah kering (lunak atau keras)
Dengan demikian tanah di golongkan atas konsistensi-konsistensi seperti berikut:
·         Tanah basah (berdasarkan kelekatan):
0 = tak lekat, tidak melekat pada jari tangan atau benda lain
1 = agak lekat, sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas lagi
2 = lekat, ada adhesi tanah pada jari dan jika dipijit memapar
3 = sangat lekat, adhesi tanah menempelkan ibu jari dan telunjuk yang sukar       dilepaskan

·         Tanah basah (berdasarkan plastisitas)
0 = tak liat, tak dapat membentuk gilingan-gilingan kecil
1 = agak liat, dapat membentuk gilingan-gilingan kecil yang dapat diubah bentuknya
2 = liat, dapat membentuk gilingan-gilingan kecil dan bentuk tertentu yang dapat diubah bentuknya dengan ditekan
3 = sangat liat, dapat membentuk gilingan kecil dan hanya dapat diubah bentuknya dengan pijitan kuat

·         Tanah lembab:
0 = lepas, tidak ada adhesi butir-butir tanah
1 = sangat gembur, dipijit mudah hancur
2 = gembur, hancur apabila dipijitkuat
3 = teguh, dipijit sukar hancur
4 = sangat teguh, ditekan kuat yang menyakitkan baru hancur
5 = luar biasa teguh, pijatan yang sangat kuat baru menghancurkan

·         Tanah kering:
0 = lepas, tidak ada kohesi
1 = lunak, kohesi lemah sehingga ditekan sedikit sudah hancur
2 = agak keras, sedikit tahan terhadap pijatan tangan
3 = keras, baru pecah terhadap tekanan kuat
4 = sangat keras, tak dapat dipecahkan dengan jari
5 = luar biasa keras, hanya dapat dipecahkan dengan palu atau benda keras

5.    PH Tanah
Penentuan pH tanah dalam klasifikasi dan pemetaan tanah diperlukan selain utuk menaksirkan lanjut tidaknya perkembangan tanah juga diperlukan dalam penggunaan tanahnya, terutama untuk pertanian. Pada umunya tanah yang telah berkembang lanjut dalam daerah basah mempunyai pH rendah, semakian lanjut umurnya maka tanah akan semakian asam. Sebaliknya tanah didaerah beriklim kering penguapan menyebabkan tertimbunnya unsur-unsur basa di permukaan tanah karena besarnya evaporasi, maka pH tanah akan semakin tinggi. pH tanah hanya merupakanukuran intensitas keasaman tanah, bukan kapasitas jumlah unsur hara.
Biasanya nilai pH lebih besar dari 7 menunjukan adanya karbonat-karbonat Ca dan atau Mg yang bebas. Tanah yang mempunyai nilai pH dlebih tinggi dari 8,5 hampir selalu mengandung sejumlah Na yang dapat di tukarkan.
pH dikatakan asam jika kurang dari 7 dan dikatakan basa jika lebih dari 7. Kebanyakan tanah di Indonesia bersifat asam karena curah hujan di Indonesia tinggi sehingga proses pencucian garam-garaman intensif. Untuk mengetahui pH tanah dapat digunakan pH meter dan kertas lakmus (stik lakmus).
6.    Perakaran
Pengamatan akar-akar tanaman dalam huungannya dengan morfologi tanah digunakan sebagai dasar peramalan cocok tidaknya jenis tanaman terhadap jenis tanah dan dalanya akar tanaman terhadap jenis tanah dan dalamnya akar tanaman dapat menembus tanah.
Dalam pengamatan ini peakaran dibedakan berdasarkan banyaknya dan juga besarnya akar. Berdasarkan banyaknya dibedakan atas :
·         Banyak sekali (hampirseluruh horison dipenuhi dengan akar)
·         Banyak (banyaknya akar lebih dari sepertiga luas horison)
·         Sedang ( akar menjalar disana-sini dan masih tampak nyata)
·         Sedikit ( hanya ada sedikit akar di horison tanah )
·         Tanpa ( tidak ada akar)

Berdasarkan besarnya dibedakan atas
·         Besar (biasanya akar tunggang pohon berkayu)
·         Sedang (akar-akar pohon lainnya)
·         Kecil (akar serabut. Atau akar rumput-rumputan)

7.    Kandungan kapur

Kandungan kapur sangat berhubungan dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah. Tanah yang memiliki kandungan kapur yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, bisa juga suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Kadar kapur tertinggi sampai terendah adalah tanah alfisol, entisol, vertisol, rendzina, dan ultisol.
Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu lokasi.

8.    Kandungan Mn

Berbagai bentuk mangan dapat dijumpai di dalam tanah, namun paling banyak diserap adalah ion mangan. Mangan terlibat dalam proses katalitik pada tumbuhan, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen dan fotosintesis.
Peran mangan dalam fotosintesis adalah dalam urutan reaksi yang berkaitan dengan pelepasan elektron dari air dalam pemecahannya menjadi hidrogen dan oksigen.

9.    Kandungan Bahan Organik

Dalam suatu tanah, kadar bahan organik diwujudkan dengan warna kelam dan dalamnya penyebaran bahan organik sangat tergantung pada jenis vegetasi yang tumbuh diatasnya. Semakin banyak kandungan bahan organiknya maka tanah akan menjadi lebih gelap. Sebaliknya jika dalam suatu tanah kandungan bahan organiknya tidak terlalu banyak maka tanah akan terlihat lebih cerah. Kandungan bahan organik sendiri sangat bermanfaat bagi perkembangan tanah.





BAB III
PROSEDUR PENGAMATAN
A.    Alat dan bahan yang digunakan
1.       Sampel tanah
2.       Kertas HVS
3.       Munsell soil color chart
4.       Ayakan tanah
5.       Oven tanah
6.       Air atau aquades
7.       Box lakmus dan stick lakmus
8.       Tabung reaksi
9.       H2O2 10%
10.     H2O2 0,3%
11.     HCL 10%
12.     Pipet
13.     Buku catatan

B.    Cara pengamatan
1.    Warna tanah
·         Ambil sampel tanah
·         Amati warna sesuai dengan penglihatan
·         Letakan sample tanah pada warna yang paling mendekati mendekati (paling mirip) di buku munsell soil color chart
·         Tulis hasil pengamatan pada buku catatan.
2.    Tekstur tanah
·         Ambil sampel tanah
·         Beri atau campur dengan sedikit air
·         Sampel tersebut di pilin dengan menggunakan telunjuk dan ibu jari
·         Kemudian rasakan kekerasan tanah tersebut
3.    Struktur tanah
·         Ambil sampel tanah
·         Perhatikan bentuk susunan dari sampel tanah tersebut
·         Tentukan bentuk dan susunan dari sampel tanah tersebut  sesuai dengan penglihatan pengamat.
·         Kemudian tinggal catat struktur tanag pada lembar pengamatan.
4.    Konsistensi tanah
·         Ambil sampel tanah
·         Beri ata campur dengan sedikit air
·         Pilin sampel tanah tersebut untuk mengetahui tingkat kelekatan tanah
·         Catat dalam lembar pengamatan
·         Bentuk tanah menjadi gilingan
·         Tentukan tingkat kelekatan dari sampel tanah tersebut
·         Catat hasil pegamatan
5.    pH tanah
·         ambil sampel tanah
·         masukan dalam tabung reaksi
·         beri air hingga ketinggian dua 2kali ketinggian tanah
·         kocok tabung hingga tanah larut dalam air
·         celupkan stik lakmus dalam tabung reaksi
·         bandingkan stik lakmus dengan box lakmus
·         catat hasil pengamatan
6.    bahan organik
·         ambil sampel tanah
·         tetesi dengan H2O2 10 %
·         amati banyak sedikitnya buih pada sampel yang ditetesi
·         catat hasil pengamatan
7.    perakaran
·         ambil sampel anah
·         amati banyak sedikitnya akar pada sampel tanah
·         catat hasil pengamatan
8.    kandungan Mn
·         ambil sampel tanah
·         tetesi dengan H2O2  3%
·         amati banyak sedikitnya buih pada sampel tanah tersebut
·         catat hasil pengamatan
9.    kandungan kapur
·         ambil sampel tanah
·         tetesi dengan HCl 10%
·         amati banyak sedikitnya buih pada sampel tanah tersebut
·         catat hasil pengamatan
BAB IV
PEMBAHASAN
Acara         : 2
Sampel       : 1
No
Pengamatan
Hasil pengamatan
1.
Lokasi pengambilan sampel
Imogiri, lereng atas Baturagung
2.
Bahan induk
Batuan Vulkanik tua formasi nglanggran
3.
Keterangan tambahan
a. Tanah belum mengalami perkembangan
b. Sifat tanah menyerupai batuan induk
c. Solum tanahnya tipis
4.
Warna
Coklat kekuningan
Warna pada tanah ini mengandung oksidbesi yang telah tercampur dengan bahan organik dan terletak di drainase yang buruk
5.
Tekstur
Pasir berlempung
Rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah ini tergolong pasir berlempung.
6.
Struktur
Granular
membulat atau banyak sisi masing-masing butir struktur tidak porus
7.
Konsistensi
·    Dalam kondisi basah
-       Kelekatan : 1 ( agak lekat, sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas)
-       Keliatan : 1 (agak liat. Dapat membentuk gilingan-gilingan kecil yang dapat diubah bentuknya)
·    Dalam kondisi lembab : 0 (lepas, tidak ada adhesi butir-butir tanah)
·    Dalam kondisi kering : -
8.
pH
5 (pH 5 menunjukan tanah asam)
9.
Bahan organik
Sedang
Tidak terdapat buih namun tidak banyak saat ditetesi H2O2 10%
10.
Perakaran
Sedikit
Akar menjalar tidak merata
11.
Kandungan Mn
Tidak ada
Tidak terdapat buih saat ditetesi H2O2 3%
12.
Kandungan kapur
Tidak ada
Tidak terdapat buih saat ditetesi HCl 10%
Kesimpulan
Sampel tanah tersebut merupaka tanah jenis tanah litosol


Acara         : 2
Sampel       : 2
No
Pengamatan
Hasil pengamatan
1.
Lokasi pengambilan sampel
Imogiri lereng bawah perbukitan baturaung
2.
Bahan induk
Bauan vulkanik tua formasi nglanggran
3.
Keterangan tambahan
a. Tanah sudah mengalami perkembangan
b. Solum tanah tebal
4.
Warna
Merah kecoklatan
Menunjukan tanah telah lanjut perkembangannya atau relatif mengalami perkembangan yang intensif. Temperatur mempertinggi intensitas pembentukan tanah. Warna merah menunjukan drainase baik. Sedang kecoklatan karena tercampur dengan bahan organik.
5.
Tekstur
Lempung
Tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat membentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
6.
Struktur
Gumpal membulat
Sumbu vertikal sama dengan sumbu horisontal, sisi-sisi membentuk sudut membulat
7.
Konsistensi
·    Dalam kondisi basah
-       Kelekatan : 2 (lekat, ada adhesi tanah pada jari dan jika dipijir memapar)
-       Keliatan : 2 (liat, dapat membentuk gilingan-gilingan kecil dan bentuk tertentu yang dapat diubah bentuknya dengan ditekan.)
·    Dalam kondisi lembab : 2 (gembur, hancur apabila dipijit kuat)
·    Dalam kondisi kering:-
8.
pH
4
pH 4 menunjukan sampel bersifat tanah asam
9.
Bahan organik
Sedang
Tidak terdapat buih namun tidak banyak saat ditetesi H2O2 10%
10.
Perakaran
Terdapat akar
11.
Kandungan Mn
Tidak ada
Tidak terdapat buih saat ditetesi H2O2 3%
12.
Kandungan kapur
Tidak ada
Tidak terdapat buih saat ditetesi HCl 10%
Kesimpulan
Sampel tanah trsebut merupakan jenis tanah latosol



Acara         : 2
Sampel       : 3
No
Pengamatan
Hasil pengamatan
1.
Lokasi pengambilan sampel
Imogiri daratan
2.
Bahan induk
Aluvium
3.
Keterangan tambahan
a. Tanah belum mengalami perkembangan
b. Solum tipis
4.
Warna
Coklat tua
warna coklat berarti banyak mengandung oksidbesi yang tercampur bahan organik.  Tanah belum mengalami perkembangan. tanah berwarna gelap karena mengandung lengas.
5.
Tekstur
Pasir
Rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
6.
Struktur
Remah
Membulat atau banyak sisi-sisi masing-masing butir struktur tidak porus
7.
Konsistensi
·    Dalam kondisi basah
-       Kelekatan : 1 (agak lekat, sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas lagi)
-       Keliatan : 0 (tidak liat, tidak dapat membentuk gilingan-gilingan kecil)
·    Dalam kondisi lembab : 3 (teguh, dipijit sukar hancur)
·    Dalam kondisi kering : -
8.
pH
6
Menunjukan tanah bersifat asam
9.
Bahan organik
Sedang
Tidak terdapat buih namun tidak banyak saat ditetesi H2O2 10%
10.
Perakaran
Terdapat akar
11.
Kandungan Mn
Tidak ada
Tidak terdapat buih saat ditetesi H2O2 3%
12.
Kandungan kapur
Tidak ada
Tidak terdapat buih saat ditetesi HCl
Kesimpulan
Sampel tanah tersebut merupakan jenis tanah aluvial



Acara         : 3
Sampel       : 4
No
Pengamatan
Hasil pengamatan
1.
Lokasi pengambilan sampel
Karang malang
2.
Bahan induk
Endapan gunungberapi merapi muda
3.
Keterangan tambahan
a. Tanah belum mengalami perkembangan
b. Solum tanah tebal
4.
Warna
Hitam kecoklatan
Warna kelam menunjukan tanah banyak mengandung lengas.
5.
Tekstur
Loamy sand
6.
Struktur
Granular
Membulat atau banyak sisi masing-masing butir stuktur tidak porus
7.
Konsistensi
·    Dalam kondisi basah
-       Kelekatan : 1 (agak lekat, sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas lagi)
-       Keliatan : 0 (tidak liat, tidak dapat membentuk gilingan-gilingan kecil)
·    Dalam kondisi lembab : 0 (lepas, tidak ada adhesi butir-butir tanah)
·    Dalam kondisi kering : -
8.
pH
5
pH 5 menunjukan sample tanah bersifat asam
9.
Bahan organik
Tidak ada
Tidak terdapat buih saat ditetesi H2O2 10%
10.
Perakaran
Banyak
Sepertiga dari sample tanah merupakan akar
11.
Kandungan Mn
Tidak ada
Tidak terdapat buih saat ditetesi H2O2 3%
12.
Kandungan kapur
Tidak ada
Tidak terdapat buih saat ditetesi HCl
Kesimpulan
Sample tanah tersebut merupaka jenis tanah Regosol



Acara         : 4
Sampel       : 5
No
Pengamatan
Hasil pengamatan
1.
Lokasi pengambilan sampel
Ponjong, Gunung kidul. Lereng bukit karst
2.
Bahan induk
Batu gamping
3.
Keterangan tambahan
a.  Tanah sedang atau mengalami perkembangan
b.  Solum tanah tipis
4.
Warna
Coklat kemerahan
Tanah mengandung oksidbesi yang sedikit tercampur dengan bahan organik.
5.
Tekstur
Lempung bergeluh
Tanah bertekstur halus yang dapat pecah menjadi gumpalan-gumpalan keras yang kering, dalam keadaan basah pijatan membentuk batang-batang tipis yang sukar pecah dan liat.
6.
Struktur
Remah
Membulat atau banyak sisi, sangat porus
7.
Konsistensi
·    Dalam kondisi basah
-       Kelekatan : 2 (lekat, ada adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas lagi)
-       Keliatan : 2 (liat, dapat membentuk gilingan-gilingan kecil da bentuk tertentu yang dapat diubah bentuknya dngan ditekan)
·    Dalam kondisi lembab : 3 (teguh, dipijit sukar hancur)
·    Dalam kondisi kering : 3 (keras, baru pecah terhadap tekanan kuat)
8.
pH
5
Ph 5 menunjukan tanah bersifat asam
9.
Bahan organik
Sedikit
Terdapat sedikit buih saat ditetesi H2O2 10%
10.
Perakaran
Banyak
Sepertiga dari sampel tanah adalah akar
11.
Kandungan Mn
Banyak
Terdapat banyak buih sat ditetesi H2O2 3%
12.
Kandungan kapur
Sedikit
Terdapat sedikit buih saat ditetesi HCl
Kesimpulan
Sample tanah tersebut merupakan jenis tanah Mediteran



Acara         : 4
Sampel       : 6
No
Pengamatan
Hasil pengamatan
1.
Lokasi pengambilan sampel
Ponjong, Gunung kidul lembah
2.
Bahan induk
Batu gamping
3.
Keterangan tambahan
a.  Tanah sedang atau sedang mengalami perkembangan
b.  Solum tanah tipis
c.  Dalam kondisi basah bersifat sangat gembur
4.
Warna
Hitam kecoklatan
Warna gelap pada tanah disebabkan karena banyak mengandung bahan organik
5.
Tekstur
Lempung bergeluh
Tanah bertekstur halus yang dapat pecah menjadi gumpalan-gumpalan keras yang kering, dalam keadaan basah pijatan membentuk batang-batang tipis yang sukar pecah dan liat.
6.
Struktur
Gumpal membulat
Sumbu vertikal sama ddengan sumbu horisontal, sisi-sisi membentuk sudut tajam
7.
Konsistensi
·    Dalam kondisi basah
-       Kelekatan : 3 (sangat lekat, adhesi tanah menmpelkan ibu jari dan telunjuk yang sukar dilepaskan)
-       Keliatan : 3 (sangat liat, dapat membentuk gilingan kecil dan hanya dapat diubah bentukny dengan pijitan kuat)
·    Dalam kondisi lembab : 3 (teguh, dipijit sukar hancur)
·    Dalam kondisi kering : 3 (keras, baru pecah terhadap tekanan kuat)
8.
pH
6
pH 6 menunjukan sample tanah bersifat asam
9.
Bahan organik
Banyak
Terdapat banyak buih saat ditetesi H2O2 10%
10.
Perakaran
Banyak
Sepertiga horison tanah terdapat  akar
11.
Kandungan Mn
Banyak
Terdapat banyak buih saat di tetesi H2O2 ­ 3%
12.
Kandungan kapur
Banyak
Terdapat banyak buih saat  ditetesi HCl
Kesimpulan
Sample tanah tersebut merupakan jenis tanah Rendzina



Acara         : 5
Sampel       : 7
No
Pengamatan
Hasil pengamatan
1.
Lokasi pengambilan sampel
Samigaluh, kulon progo
2.
Bahan induk
Vulkanik tua (ada kemungkinan campur batu gamping)
3.
Keterangan tambahan
a. Tanah sudah berkembang lanjut
b. Mempunyai lempung yang bisa berkembang dan mengkerut
c. Solum tebal
4.
Warna
Hitam kecoklatan
Warna kelam menunjukan tanah sudah mengalami perkembangan.
5.
Tekstur
Lempung bergeluh
Tanah bertekstur halus yang dapat pecah menjadi gumpalan-gumpalan keras yang kering, dalam keadaan basah pijatan membentuk batang-batang tipis yang sukar pecah dan liat.
6.
Struktur
Gumpal membulat
Sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal, sisi-sisi membentuk sudut membulat.
7.
Konsistensi
·    Dalam kondisi basah
-       Kelekatan : 2 (lekat, ada adhesi tanah pada jari dipijit memapar)
-       Keliatan : 2 (liat, dapat membentuk gilingan-gilingan kecil dan bentuk tertentu yang dapat diubah bentuknya dengan ditekan)
·    Dalam kondisi lembab : 2 (gembur, hancur apabila dipijit kuat)
·    Dalam kondisi kering : 3 (keras, baru pecah terhadap tekanan kuat)
8.
pH
5
pH 5 menunjukan tanah bersifat asam
9.
Bahan organik
Sedikit
Terdapat sedikit buih saat ditetesi H2O2 10%
10.
Perakaran
Sedikit
Ada akar namun tidak merata
11.
Kandungan Mn
Sedikit
Hanya terdapat sedikit buih saat di tetesi H2O2  3%
12.
Kandungan kapur
Sedikit
Hanya terdapat sedikit  buih saat di tetesi HCl 10%
Kesimpulan
Sample tanah tersebut merupakan jenis tanah Latosol


Acara         : 6
Sampel       : 8
No
Pengamatan
Hasil pengamatan
1.
Lokasi pengambilan sampel
Godean
2.
Bahan induk
Endapan gunungberapi merapi muda
3.
Keterangan tambahan
a. Solum tebal
b. Tanah sedang mengalami perkembanga
c. Perkembangan lanjut dari regosol
4.
Warna
Hitam keabu-abuan
Tanah sudah mengalami perkembangan. Tanah mengandung banyak bahan organik.
5.
Tekstur
Lempung berpasir
Terasa rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bole tetapi mudah hancur.
6.
Struktur
Gumpal membulat
Sumbu vertikal sama dengan sumbu horisontal, sisi-sisi membentuk sudut membulat.
7.
Konsistensi
·    Dalam kondisi basah
-       Kelekatan : 2 (lekat, ada adhesi tanah pada jari dan jika dipijit memapar)
-       Keliatan : 3 (sangat liat, dapat  membentuk gilingan kecil dan hanya dapat diubah bentuknya dengan pijatan kuat)
·    Dalam kondisi lembab : 2 (gembur, hancur apabila dipijat kuat)
·    Dalam kondisi kering : 3 (keras, baru pecah terhadap tekanan kuat)
8.
pH
6
Ph 6 menunjukan tanah bersifat asam
9.
Bahan organik
Sangat banyak
Terdapat sangat banyak buih saat di tetesi H2O2  10%
10.
Perakaran
Banyak
Sepertiga horison tanah ditumbuhi akar
11.
Kandungan Mn
Tidak ada
Tidak terdapat buih saat di tetesi H2O2 3%
12.
Kandungan kapur
Sedikit
Terdpat sedikit buih saat ditetesi HCl 10%
Kesimpulan
Sample tanah tersebt merupakan jenis tanah Grumosol



Acara         : 7
Sampel       : 9
No
Pengamatan
Hasil pengamatan
1.
Lokasi pengambilan sampel
Taman mlanding UNY
2.
Bahan induk
Endapan vulkanik gunung merapi muda
3.
Keterangan tambahan
a.  Solum tanah tebal
b.  Tanah belum mengalami perkembangan
4.
Warna
Coklat kehitaman
5.
Tekstur
Sandy loam
Tanah mengandung cukup pasir melekat karena adanya debu dan lempung, sedang pasirnya dapat dilihat dan dirasakan dipijat, kering membentuk gumpalan yang mudah pecah lagi, basah menggumpal sangat liat.
6.
Struktur
Granular
Membulat atau banya sisi masing-masing butir struktur tidak porus.
7.
Konsistensi
·    Dalam kondisi basah
-       Kelekatan : 1 (agak lekat, sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas)
-       Keliatan : 0 (tidak liat, tak dapat membentuk gilingan-gilingan kecil)
·    Dalam kondisi lembab : 1 (sangat gembur, dipijit mudah hancur)
·    Dalam kondisi kering : -
8.
pH
5
pH 5 menunjukan tanah bersifat asam
9.
Bahan organik
Sedikit
Hanya terdapat sedikit buih saat ditetesi H2O2 10%
10.
Perakaran
Banyak
Sepertiga horison tanah ditumbuhi akar
11.
Kandungan Mn
Tidak ada
Tidak terdapat buih saat di tetesi H2O2 3%
12.
Kandungan kapur
Tidak ada
Tidak terdapat buih saat ditetesi HCl 10%
Kesimpulan
Sample tanah tersebut merupakan jenis tanah regosol



BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN PRAKTIKUM
1.    Berdasarkan hasil pengamatan dan anilisi data acara 2 sampel 1 menujukan sampel tanah merupakan tanah litosol. Persamaan nama dalam USDA adalah Entisols. Tanah ini merupakan tanah yang paling muda, sehingga bahan induknya sering kali dangkal (kurang dari 45 cm). Profil tanah belum memperlihatkan horison-horison dengn sifat-sifat dan ciri-ciri morfologi yang masih menyerupai sifat dan ciri batuan induknya. Tanah ini belum lama mengalami perkembangan tanah, akibatnya pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan, atau tpografi terlalu miring atau bergelombang. Tanah ini harus diusahakan agar dipercepat pertumbuhan tanahnya. Antara lain dengan penghutanan atau tindakan lain yang dapat mempercepat proses pelapukan.

2.    Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data acara 2 sampel ke-2 menunjukan  sample tanah merupakan tanah jenis latosol. Persamaan nama dalam USDA adalah ultisol. Latosol meliputi tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan intensif dan merupakan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik dan silika, dengan meninggalkan sesquioxid sebagai sisa berwarna merah. Ciri morfologi umumnya ialah tekstur lempung sampai geluh, struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Warna tanah sekitar merah tergantung susunan mineralogi. Di indonesia, tanah latosol umumnya berasal dari batuan induk vulkanik, baik tuff maupun batuan beku, terdapat mulai dari tepi pantai sampai setinggi 900 mdpl, dengan topografi miring bergelombang, vulkanic fan sampai pegunungan dengan iklim basah tropika curah hujan berkisar antara 2500-7000 mm.


3.    Pada acara kedua sampel ke tiga menunjukan bahwa sampel tanah merupakan tanah jenis aluvial. Kesamaan nama dalam USDA adalah entisols. Jenis tanah ini masih muda atau belum mengalami perkembangan. Berasal dari bahan induk aluvium. Teksturnya beraneka ragam, agak halus hingga sedang tergantung kondisi tanah disekitarnya, belum terbentuk struktur, seperti yang tercantum dalam data penelitian konsistensi tanah dalam keadaan basah adalah lekat. Tanah aluvial di indonesia dapat dimanfaatkan sebagai tempat pertanian padi, palawija, tebu.

4.    Hasil dari penlitian pada acara ke tiga sample tanah ke empat dapat disimpulkan bahwa sample tanah merupakan tanah jenis regosol. Persamaan nama menurut USDA adalah entisols. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang masih muda, belum mengalami perkembangan. Teksturnya masih berpasir, konsistensi lepas-lepas. pH netral, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastik atau pasir pantai. Meskipun tanah ini kaya akan hara tanaman, kecuali N, akan tetapi kekayaan itu masih belum dapat dipergunakan tanaman, karena belum mengalami pelapukan. Untuk memepercepat pelapukan diperlukan pemupukan bahan organik, pupuk kandang atau pupuk hijau.


5.    Berdasarkan hasil praktikum. Sampel tanah tersebut adalah tanah mediteran. Nama kesetaraan menurut USDA adalah alfisol. Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan bersifat tidak subur. Tanah mediteran yang berbahan induk batu kapur memiliki nilai pH yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berbahan induk batu pasir. Ketersediaan air di tanah mediteran ini sangat kurang selain itu pHnya melebihi 7 sehingga tidak cocok untuk daerah pertanian. Tanah ini akan cocok untuk bahan bangunan, bahan kapur yang kokoh dan berguna bagi fondasi suatu bangunan.

6.    Berdasarkan hasil praktikum acar keempat sampel ke lima menunjukan sample tanah merupakan tanah rendzina. Kesetaraan nama menurut USDA adalah molisoll. Tanah rendzina merupakan tanah yang berasal dari batu kapur. Tanah ini selalu mengandung CaCO3, sehingga pH 7,8-8,4. Bahan kapur ini dapat larut dalam HCl panas yang agak pekat dengan meninggalkan kuarsa, hal ini memberi kesan bahwa tanah itu hanya terdiri atas karbonat-karbonat alkali tanah kuarsa kompleks pelapukan.


7.    Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa sample tanah pada acara kelima sampel ke 7 adalah latosol. Persamaan namanya dengan sistem USDA adalah ultisol. Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik dan silika, dengan meninggalkan sesquioxid sebagai sisa berwarna merah. Ciri morfologi umumnya ialah tekstur lempung sampai geluh, struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Warna tanah sekitar merah tergantung susunan mineralogi. Di indonesia, tanah latosol umumnya berasal dari batuan induk vulkanik, baik tuff maupun batuan beku, terdapat mulai dari tepi pantai sampai setinggi 900 mdpl, dengan topografi miring bergelombang, vulkanic fan sampai pegunungan dengan iklim basah tropika curah hujan berkisar antara 2500-7000 mm

8.    Grumosol. Persamaan nama menurut USDA adalah vertisol. Tanah ini merupakan tanah lempung yang dapat mengmbang dan mengkerut, memiliki kandungan lempung nyang tinggi yakni mencapai >30% dari seluruh horison tanah. Tanah ini kaya akan kapur. Menurut sifat-sifat fisik tanah grumosol yang sangat berat menyebabkan tanah ini sangat peka terhadap erosi dan bahaya longsoran. Hal ini mengakibatkan relief tanah di tempat yang lebih tinggi menjadi bergelombang dan di dataran membentuk bukit-bukit kecil yang cembung. Dengan pengaturan drainase, irigasi dan pengolahan tanah disertai pemupukan bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah, jenis tanah ini dapat memberikan hasil kapas, padi, tebu dan berbagai tanaman perdagangan dataran rendah yang cukup baik.


9.    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sampel tanah merupakan tanah regosol. Persamaan nama dalam sistem USDA adalah entisol. Tanah ini baru mulai terbentuk. Tekstur tanah masih kasar, konsistensi tanah  lepas sampai gembur. Tekstur tanah adalah remah. Ph 6-7. Makin tua umur tanah struktur da konsistensinya semakin padat, bahkan seringkali membentuk padas dengan drainase dan porositas yang terhambat. Umumnya tanah ini belum membentuk agragat, sehingga peka terhadap erosi. Untuk mempercepat pelapukan diperlukan pemupukan bahan organik, pupuk kandang atau pupuk hijau.


DAFTAR PUSTAKA
1.    Darmawijawa, Isa. 1990. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
2.    Susanta, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius

Komentar

Postingan populer dari blog ini

tanggap warsa

udah telat banget sih emang, sampe udah ganti bulan, tapi hari itu tetap menyenangkan. meskipun ulang tahun jatuh hari sabtu yang menjadi hari libur perkuliahan, tapi  ngampus juga hari itu, dua hari setelahnya, mengadakan sukuran kecil kecilan sam temen-temen,. makasih ya semua :D jujur, itu kue terindah yang pernah aku terima selama 20 tahun hidup ku.. ada foto ku, bagus deh pokoknya, enak juga. makasih ya temen-temen :D :D

PERANAN K.H. MAS MANSYUR DALAM KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA, JEPANG HINGGA MASA KEMERDEKAAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG             K.H Mas Mansur lahir pada tanggal 25 juni 1896 di Surabaya. Mas Mansur memiliki hasrat yang demikian menggelora hingga pada usia belasan tahun, ia pergi ke tanah suci Mekkah, dan menerus kan sekolahnya ke Universita Al-Azhar . pada masa belajar itu, ia banyak mengenal banyak karya sastra barat  mengenai humanisme, kemerdekaan, demokrasi yang bertentangan dengan tindakan bangsa Barat di Asia dan di Afrika. Pada masa belajar itu pula ia mengikuti dengan seksama perjuangan bangsa Mesir membebaskan diri dari kekuasaan penjajahan Inggris. Perjuangan bangsa itu sangat mempengaruhi jiwanya di kemudian hari             Setelah menyelasikan sekolah ia kembali ke kota kelahirannya. Disana ia mulai aktif mengikuti berbagai organisasi keagamaan, mendirikan madrasah, berdakwah ke berbagai daerah. bahkan aktif dalam partai politik. Semangat dan perjuangannya juga mengantarkannya menjadi ujung tombak dari muhammadiyah. Karena pengaruhnya yang luas ia ju